Kali ini aku bersama dengan "kakakku" kami tiba menggunakan sebuah kendaraan dengan dua roda sebagai kakinya dan mesin didadanya sebagai penggerak. Kami melepas pelindung kepala kami saat motor itu menepi. Perasaanku pribadi santai saja, selalu. Terkadang aku tak mengerti kenapa aku selalu kembali ke tempat ini. Hari Minggu. Dan kini, kudapati langkah kakiku berjalan ke arah gedung yang seringkali dikatakan sebagai rumah Tuhan. Tapi apa benar? Kurasa Tuhan tidak tinggal disana jika kita mengikuti dongeng tentang surga yang selalu dicekoki pada kita. Kurasa tempat itu adalah sebuah tempat untuk berkumpul dan memuliakan Dia bersama, tempat dimana sukacita berlimpah karena disekitarmu ada banyak orang yang memuji dan memuliakan Dia bersamamu. Apa aku salah?
Aku memasuki gerbangnya, dan melangkahkan kakiku ke dalam. Ada seorang wanita yang memberikan sebuah amplop kecil berwarna biru. Disitu tertulis, "persembahan pembangunan" baiklah, sejujurnya aku tidak mengisinya. Aku bersama senpai mencari tempat duduk yang sudah di booking oleh kak Icha sebelumnya. Kak Icha adalah kakak angkatanku, saat ini dia S2 di psikologi UGM, dia datang lebih dulu. Kami berjalan agak kedepan hingga akhirnya mendapati Kak Icha yang sedang duduk manis dibelakang. Kami menghampirinya dan duduk, kemudian berdoa sebelum akhirnya menatap lurus mengikuti ibadah.
Sesaat aku merasakan sesak, rasanya ingin menangis. Entah kenapa. Ini adalah yang kedua kalinya, minggu lalu saat aku ke gereja bersama Kak Fona pun aku hampir melelehkan embun dipipiku. Terlebih saat mereka menyebutkan tentang keluarga. Sebelumnya sebuah nyanyian menohokku dengan dalam.
Allah mengerti... Allah peduli segala persoalan yang kita hadapai tak akan pernah dibiarkannya kubergumul sendiri sebab Allah peduliHari ini, sebuah kata keluarga menusuk dan meremas jantungku hingga terasa sesak sebelum dapat ku kontrol lelehan yang hampir keluar dari kantung mataku. Aku sendiri bingung dengan kondisi seperti ini. Padahal sebelumnya aku tak pernah begini. Baiklah aku memang cengeng tapi bukan berarti sebuah kata dapat menohokku begitu dalam kan? Yah, inilah aku kembali jatuh dalam depresi yang bodoh. Dan... Entah kenapa akhir-akhir ini aku sulit percaya pada orang lain (lagi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar