Selasa, 27 November 2012

Menikmati secelup Keistimewaan

Malam ini, dengan ditemani secangkir Energen hangat aku merenungkan pernyataan mengenai kesederhanaan. Saya berpikir, mungkin akan indah jika tulisan ini saya buka dengan pernyataan demikian:

Malam ini, dengan ditemani secangkir Energen hangat; dentuman jam yang menggeliat; dan kerusuhan yang dibuat Si Tiki (ya, mari kita beri nama tikus besar itu) aku duduk diam. Menikmati kesederhanaan yang dibisikkan jangkrik dan udara dingin malam hari.

Namun, ada sesuatu yang menggelitik saya. Ketika saya sedang memikirkan "rayuan-rayuan" maut yang mungkin akan meleleh di mata pembaca, saya terhenyak. Mendadak ada sebuah bisikan (OK, saya tidak gila) yang mengatakan,"Apa menariknya menyampaikan kesederhanaan itu? Dan, apa yang membuatnya menarik?"

Hmm, ok. Mungkin yang sebenarnya ingin saya sampaikan bukanlah kesederhanaan itu. Mungkin.. kesombongan? Karena saya bisa membuat tulisan yang melelehkan mata dengan cara merendahkan diri dengan embe-embel "kesederhanaan"? Atau agar saya dianggap puitis dan berbakat dalam menulis? Seharusnya sih tidak demikian. Kalau begitu, mari kita reka ulang.

Malam ini, dengan ditemani Si Tiki yang grasak-grusuk; secangkir Energen hangat buatan sendiri; nyanyian Jangkrik; dan deritan jam dinding, akhirnya saya mendapatkan mood untuk setidaknya menelurkan satu atau dua tulisan yang seharusnya indah dibaca. Sebuah tulisan mengenai kesederhanaan malam Selasa yang tak terusik Handphone atau suara televisi. Kesederhanaan yang terbalut sunyi.

Hmmm, rasanya masih ada yang kurang pas. Ah, saya tahu! Saya belum menuliskan mengapa kederhanaan itu menarik untuk disampaikan. Tapi saya rasa, tidak ada yang perlu diceritakan dari sebuah kesederhanaan. Kesederhanaan adalah sebuah kondisi yang sangat simpel. Semua sudah terpapar apa adanya dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Tidak perlu dilakukan observasi, analisa, sintesa, dan penarikkan kesimpulan. Karena kesederhanaan itu sudah terpancar sejak awal tanpa ada yang tertutup lagi. Ya, semua nampak apa adanya. Tak perlu lagilah menjabarkan kesederhanaan itu.

Ok, sepertinya kata "Kesederhanaan" itu memang tidak cocok untuk saya gunakan malam ini. Kalau begitu, mari kita ubah sedikit kata-kata yang akan saya gunakan. Kira-kira bentuknya akan begini:

Malam ini, ditemani suara mp3; detak jam dinding; nyanyian jangkrik; secangkir Energen yang telah dingin; grasak-grususk Si Tiki; dan angin malam yang menusuk, saya dapat menikmati suasana malam ini. Sebuah keistimewaan yang hadir di tengah gelapnya malam. Ketika sebagian orang tengah menikmati bunga tidurnya. Sebuah malam istimewa tanpa gangguan Handphone dan TV.


Dan akhirnya dapat kukatakan...
" ...Sempurna... ."