Minggu, 25 Agustus 2013

Hei Cantik!

Hai Jelita, bolehkah kupandang dirimu lekat-lekat?
Merangkul tiap jengkal lekuk tubuhmu
Meresapi indahnya tiap bentuk yang ada di dirimu
Menatapi gerak-gerik kecilmu

Hai Cantik, bolehkah kucuri pandanganmu?
Hingga aku terpuaskan akan cahaya dari kedua bola matamu
Yang memancarkan kejernihan bak air danau yang bening
Yang menenggelamkanku dalam lamunan
Menghanyutkanku dalam angan-angan tanpa batas

Hai Manis, bolehkah kukecup bibir manismu?
Mencecap eloknya kedua lekuk indah yang menggoda itu
Menikmati tepian manis yang tertarik ketika engkau tersenyum
Yang menggodaku untuk melangkah setiap kali ia mengembang

Hai Cinta, kiranya boleh aku memeluk erat tatapanmu
Mengagumi bola matamu yang terbuka lebar menyambut dunia
Meneguk cantiknya tiap ukiran di wajahmu yang menyegarkanku
Sungguh, bayang wajahmu selalu mampu menyimpulkan senyum untukku

Hai Gadis yang selalu membuatku berdebar
Hai Jelita yang selalu membuatku kebingungan
Hai Cantik yang terus membuatku terkagum
Hai Manis yang mencuri hatiku
Ijinkanlah aku melangkah lebih jauh
Ijinkanlah aku mendekatkan diri
Ijinkan aku memuaskan hasratku kepadamu hai Cinta

Hai Dara Manis, tersenyumlah padaku!
Haus aku akan tingkah lakumu
Begitu besar inginku untuk melahap sosokmu
Ah, seandainya saja dapat kukecup dirimu malam ini

Minggu, 28 April 2013

And the Journey Begun

Aku tidak mengetahui mengapa manusia bisa jatuh cinta dan untuk apa perasaan yang disebut "cinta" itu ada. Aku juga seringkali bertanya, mengapa hanya orang dewasa yang bisa merasakan itu? Mengapa pula orang bisa melakukan hal bodoh karena itu? Pada dasarnya, aku berpikir bahwa itu adalah sebuah emosi ketertarikan sesat yang dibumbui oleh euforia sesaat. Euforia yang begitu kuat hingga akal sehat tidak lagi berfungsi.

Aku berpikir. Tapi tak kutemukan jawaban. Mengapa TUHAN menciptakan emosi "kacau" yang disebut cinta? Untuk apa pula manusia diciptakan dengan kemampuan menikmati rasa itu? Bukankah hidup dalam keteraturan sudah cukup? Bukankah sistematika kehidupan biasa sudah bisa memutar roda kehidupan manusia? Tidak perlu ada tetek bengek bernama emosi. Bayi, anak, remaja, dewasa, menikah, dan memiliki anak. Bukankah perputaran roda kehidupan hanya di situ-situ saja? Tidak perlu menggunakan perasaan untuk hal yang sudah sistematis seperti itu.

Rasa-rasanya memang tidak ada waktu untuk mengurusi masalah yang remeh temeh begitu. Masih banyak perkara yang lebih besar dan lebih penting ketimbang mempermasalahkan soal cinta. Masih banyak perkara yang lebih layak untuk dipikirkan ketimbang memikirkan pernikahan, calon pasangan atau semacamnya. Dunia ini rumit bung! Isinya tidak melulu roman yang membuat hati melayang-layang. Isinya juga tidak seindah cerita dongeng. Tidak juga seberlebihan sinetron-sinetron yang marak menunjukkan emosi negatif.

Begitulah, hidup 20 tahun tanpa memikirkan apa yang namanya pasangan. Cinta. Pernikahan. Calon pasangan. Biarlah itu jadi masalah nanti. Aku hanya perlu definisinya agar aku tak salah jalan. Tak salah mengira. Tak salah menerjemahkan bahasa tubuh. Atau reaksi kimia yang dipuja-puja orang muda ketika mencari pasangan. Biarlah semua mengalir apa adanya. Ah, masih banyak hal rumit di dunia ini yang lebih menarik diteliti ketimbang masalah emosi yang tidak jelas.