Kamis, 29 Januari 2009

The Girl In White


Di suatu ketika,aku berjalan di sekitar rumahku. Aku ingin berkeliling, karena aku baru pindah ke sana. Dan ketika itu, aku melihat seorang gadis yang sedang duduk manis ketika aku melintasi sebuah bangunan besar. Sendirian. Karena penasaran akhirnya aku coba untuk mendekatinya.

"Kamu sedang apa?" Tanyaku padanya.
"Menunggu." Jawabnya singkat.
"Menunggu siapa?"
"Nii-chan, dia bilang akan pulang cepat atau lambat."

Kemudian aku melangkah menjauh. Aku masih igi jalan-jalan. Keesokannya aku coba untuk melewati tempat itu, mungkin dia ada disana. Ternyata benar, dia masih duduk disana dengan bangku dan posisi yang sama seperti kemarin. "Sedang apa dia disana?" Pikirku peasaran.

"Kamu menunggunya lagi?"
"Lagi?" Balasnya tanpa melirik sedikit pun.
"Iya, sama seperti kemarin kan?"
"Tidak. Dia hanya pergi sekali," Jawabnya sambil menggelengkan kepala.
"Kemana? Yang lainna dimana?"
"Entahlah, di sini hanya ada aku." Katanya pelan.

Aku semakin bingung, di tempat sebesar itu hanya ada gadis ini? Tentu, aku tidak percaya.

"Kenapa tidak kau cari saja dia?"

Dia menggelengkan kepala, lalu berbisik,"Nii-chan bilang jangan kemana-mana."
"Oh kalau begitu bagaimana kalau aku datang setiap hari untuk menemanimu? Kamu tidak keberatan kan?

Dia menoleh padaku lalu sambil tersenyum kecil dia menganggukan kepalanya.

"Memangnya dia sudah pergi berapa lama?"
"Entahlah, setip hari berlalu begitu saja."
"Baiklah, mulai besok aku akan menemanimu menunggunya tapi aku harus pergi sekarang."
"Iya."

Kemudian aku berlari meninggalkannya. Aneh, ada juga hal seperti itu. Tapi, mulai besok aku akan menemaninya yah anggap saja membuang waktu. Sejak hari itu, aku selalu ke sana malah rasanya seperti sebuah kebiasaan. Sampai suatu hari aku tidak melihatnya lagi duduk ditempat biasanya. "Orang itu sudah pulang ya?" Pikirku. Tempat itu masih begitu sepi jadi kupikir mereka sedang keluar. Lalu, malamnya aku melihat mereka. Gadis itu menghampiriku.

"Nii-chan menjemputku tadi, maaf ya."
"Ah, tidak apa yang penting mulai sekarang kamu tidak akan sendirian lagi kan?"
"Iya, terima kasih, tapi kita tidak akan bertemu lagi." Ucapnya nampak sedih.
"Kamu mau pergi? Yah, yang penting kamu senang." Ucapku tersenuym kecil.

Dia mengangguk kecil kemudian berlalu melewatiku. Keesokannya, pagi-pagi sekali aku kembali kesana untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal, tapi di sana terlihat sangat lengan. "Mereka sudah pergi ya?" Pikirku kecewa dan agak tidak yakin. Akhirnya setelah menunggu lama, aku memutuskan untuk beranjak dari sana. Dan dijalan pulang kebetulan aku bertemu dengan temanku, saat aku bertanya apakah dia tahu tentang gadis itu, dia mengatakan bahwa gadis itu telah meninggal tapi dia tidak tahu detailnya. Seketika aku merasa lemas, air mataku meleleh. Apa itu maksud kemurungannya kemarin? Setelah hari itu setiap kali aku melewati tempat itu tanpa sengaja aku menoleh dan berharap dia ada di sana.

Selasa, 20 Januari 2009

Sedetik


Setiap kali detik berlalu, sisa hidupku makin berkurang. Aku tahu hidupku tak akan lama, tidaklah cukup untuk berkeliling dunia dan mengetahui arti hidup itu. Mungkin hanya Tuhan saja yang mengerti apa itu yang sering dikatakan oleh manusia sebagai "hidup". Dan sudah pasti Dia juga tahu kenapa kita, manusia, diciptakan. Egoiskah aku jika aku mengharapkan agar "waktu"-ku ditambahkan? Aku mengerti setiap manusia punya sisi egois. Dimana mereka pasti melakukan hal yang membuat mereka setidaknya merasa nyaman. Sedetik "waktu" yang kupunya ingin kugunakan sebaik mungkin, tapi terkadang kubuang tanpa menyadari betapa berharga hal tersebut. Adakah aku terlalu egois untuk minta diperhatikan tiap detiknya? Hanya beberapa lama, aku ingin minta ditemani. Karena hidupku memang tak lama. Karena aku memang rapuh, aku bisa mati kapan saja dan dimana saja, aku bisa saja berlaku bodoh dan melepaskan jiwaku ke udara bersamaan dengan uap nafasku yang terakhir dan aku sangat mungkin berlari ke arah yang salah lalu merusakkan sedetik waktu yang tak bisa kutebus. Karenanya kumohon temani aku, hanya sebatas untuk menemaniku dalam beberapa detik "waktu" yang kumiliki.

Jumat, 16 Januari 2009

Dosa itu...


Dosa itu seru! Menyenangkan! Dosa itu nggak pernah ngebosenin, kalo diibaratin dah kayak yang namanya Drugs. Rasanya tuh nikmat, bikin ketagihan, mengikat, trus lama-lama ga bisa lepas dari yang namanya berdosa. Dosa itu bener-bener bikin ketagihan deh, prosesnya ga beda jauh sama benda-benda yang kalo dikoran disebut sebagai NARKOBA ma ROKOK, sekali coba bakal ketagihan! Kita jadi terpacu buat bikin dosa baru lainnya, awalnya sih bohong kecil-kecilan nanti buat nutupin kebohongan ntu pake kebohongan baru deh. Gampang kan? Kalo dah mulai bosen sama yang namanya bohong ada yagn lebih seru lagi namanya nyuri baik itu ide pikiran dengan cara copy paste atau nyuri terang-terangan, dah ketauan? Tinggal bohong dah biasa kan? Nah kalo udah kayak gitu coba deh sekali-kali ngebunuh, eits ini bukan bunuh yang ekstrim aja, contohnya ngebunuh karakter temen dengan kata-kata maut yang membuat dia berubah. Nah, nanti kalo udah ditempeleng sedikit, baru deh kita ngerasa koq udah jatoh jauh banget ya? Pas kayak gitu baru teriak-teriak minta tolong buat diangkat, pas ada yang narik eh jatoh lagi! Tau ga kenapa? karena ada semacam tali ga keliatan ngiket dibadan yang namanya dosa. Dah kayak gitu, bisa deh ngerasain sakaw ala dosa, misalnya tiap ditanya secara otomatis berkata palsu. Tapi dosa ini juga dah ada labelnya koq dikemasannya, tulisannya begini,"Berdosa dapat menyebabkan kecanduan, stress, rasa bersalah, rusaknya jiwa, kegagalan diterima di surga, "Kematian", derita berkepanjangan dan berbagai keluhan lainnya." tapi yah kayak rokok --tulisan itu seolah kasat mata--yang ngelakuin dah ga perduli lagi, yang penting HAVE FUN!! Dan yang bikin makin mirip sama rokok adalah adanya pendosa pasif, yaitu orang yang ngeliat hal dosa tapi ga berusaha mencegah alias cuma berpangku tangan. Orang kayak gini lama-lama bisa berubah dari status pasif jadi aktif, dengan bantuan otak dam sedikit bisikkan "Kayaknya seru tuh cobain ah mereka juga ga dimarahin koq, masa ku yang baru pertama kali langsung dimarahin?" Dan alhasil, dosa itu nikmat dan mengikat tapi kebaikkan itu membosankan dan memberi keleluasaan. Gimana, mau nyoba yang seru tapi cepet mati atau yang rada ngebosenin tapi bisa dinikmatin lama-lama? Keputusannya ada ditangan anda.

Fight?


Selesai juga ujian UAS yeeee!!!!

Berhubung lagi pada ngomongin soal perang yang lebih trend disebut sebagai perang Israel-Palestina yang bikin orang sedunia ikut ngebahas dan menyita cukup banyak perhatian kayak ga ada masalah lain untuk diributin ku mau ikutan ah, kalo menurut opiniku perang antar kedua Pihak tersebut diatas udah ga penting lagi buat dilanjutin karena:

  • Apa gunanya ngelanjutin perang yang ujung-ujungnya cuma buat dapetin sebongkah tanah dan ngorbanin lahan punya sendiri ampe segitunya, keliatan banget kan rakusnya? kenapa ga dijadiin lahan kosong aja sekalian? Kalo mang ga setuju ya udah bisa kan hidup berdampingan? Toh sama-sama manusia atau bahasa kerennya animal rasionale kenapa ga bisa hidup berdampingan, hewan aja bisa koq?!
  • Apa sebegitu penting sepetak lahan dibandingin sama yang namanya rasa aman, tentram dan nyaman? Dimana setiap harinya setiap orang diteror dengan rasa "hari ini ujan air atau hujan peluru ya?" atau "mandi air atau mandi darah?" Keliatan banget kalo rasa toleransinya ga bisa diukur sama sekali! Katanya manusia itu cinta damai tapi koq ga mau ngalah sedikit sih? Ga bisa bersyukur atas apa yang dimiliki dan nggak mau ngelepasin yang ada tambah lagi kalo yang lain punya apa diiriin lagi!
  • Apa lahan tersebut bisa ngeganti kerugian pas perang? dimana banyak korban jiwa dan material lain, tapi ga cuma itu aja ruginya. Kerugian lainnya adalah mereka harus ngebangun segala yang rusak itu dan bakal ngehambat pertumbuhan mereka pastinya dan itu demi yang namanya "sebuah lahan" hanya karena lahan itu punya yang namanya nilai ga berarti harus diperjuangkan sampai kehilangan banyak hal hingga mereka sampe ke satu titik dimana mereka dah ga bisa mundur lagi. Dan nama nilai itu akhirnya berubah nama jadi HARGA DIRI.
Terus kalo menurutku, negara itu kurang kerjaan atau mau sok pamer ga ngerti deh. Ngapain berunding tapi ga melakukan tindakan yang jelas? Ngapain ikut ngebela salah satunya kalo pada kenyataannya kita dah tau kalo yang namanya berantem itu salah? Ngapain ikut berpesta poria atas sesuatu yang terjadi negara lain? Kalo menurutku itu cuma nebeng nama doang biar rada ngetrend dan bisa ikutan masuk televisi biar pamornya naik. Belom puas? Coba deh liat apa akibat perang selama ini! Pake coba ikutan nengahin tapi bela salah satu, mau bikin masalah tambah runyam bung?! Sekalian aja pake isu apa gitu biar jatoh sekalian. Ikutan ngelerai tapi ga da yang pernah minta dan ngelerainya pun keliatannya cuma bikin tambah runyam tanpa ada yang bisa ngusulin damai 100%!! Dan perlu dingat bahwa itu pada awalnya cuma karena sebuah lahan!

Selasa, 13 Januari 2009

Asal Tulis

Satu kata terakhir lenyap ditelan butiran hujan. Terselubung oleh karbondioksida yang keluar dari helaan nafasnya. Ceritanya menjadi ceritaku kini, dia berlari dan kukejar. Terus ku kejar. Entah kenapa aku ingin meraihnya dan berkata jangan pergi. Tapi tidak bisa seolah mulut ini terkunci erat dengan sebuah rantai yang begitu berat. Tak satu pun kata keluar. Menolehlah. Setidaknya sekali ini saja, agar aku bisa lihat wajahmu untuk yang kesekian kalinya. Bukankah lebih baik jika ada disini? Bersama dengan bunga Lavender yang kau sukai itu, bersama rumah kecil yang kita impikan dulu, bersama dengan kapsul waktu yang kita kubur di halaman belakangan, dan bersama dengan semua mimpi yang kau terbangkan dengan pesawat dari kertas itu. Dan tiap kali aku mencegah kau pergi kau selalu berucap bahwa yang tidak berubah adalah mati. Tapi aku tidak mau berubah. Apa itu berarti aku mati? Tolong katakan padaku. Bicaralah walau aku hanya bisa menatap punggungmu saat ini. Seluruh tubuhku sudah tak mampu lagi mengerti apa yang kau bicarakan juga apa yang dibisikkan kedalam hati ini. Yang aku butuhkan sekarang hanyalah sedikit rasa bahagia! Agar aku bisa terbang, karena aku telah memegang bubuk peri itu. Ya, bubuk yang kau berikan waktu itu yang masih ku pegang dan kupercaya sampai detik ini. Kau dengar kan? Iya kan? Ayo jawab karena aku sudah lelah menunggu dan berlari. Aku lelah hanya menatap bagian belakangmu yang terlindungi tulang-tulangmu itu. Kali ini aku ingin menatapmu. Dari depan.

Sabtu, 10 Januari 2009

You Are The Fool!!

You Scored as 0 - The Fool

The Fool is the most complex and most contradictory of all the Tarot cards. "I am not a number, I am a free man". The Fool represents naivety and childlike innocence - yet the Fool is wise. He carries only what possessions he really needs He journeys through life, tasting everything it has to offer then letting it go and moving on. The Fool is a risk taker, often shown with one foot over a cliff showing us every new beginning has a risk. Whether the Fool represents opportunity or danger one thing is clear: this world needs more fools.

Ini adalah hasil Test Arcana yang secara iseng diambil, dan hasilnya nggak terlalu mirip sih. It's About me anyway. There is simple thing get complicated. Yah lama kelamaan ku bingung mau nulis apa disini, masih mikirin UAS sih....

Setelah adanya desakan dari temen buat lanjutin cerita, here is it. Di sini si Paus ga ada jadi rasanya rada sepi... I love That Character!! Eh iya kalo ngga ada yang merhatiin pertama bakal ku kasih tau soal in the making of this thing; pertama, sempat terlintas dimana lokasi dari kejadian yang blom kepikir sampe detik ini; kedua, apa Cinta seorang yang punya "Dunia " sendiri? Mengingat dia selalu bawa "Dunia" kemana-mana; Ketiga, karakter utama, siapakah tokoh utamanya? ada Yang bilang Cinta tapi menurut yang kutahu biasanya karakter utama tulisan ngikutin jenis kelamin si Pengarang yah seenggaknya yang amatiran kayak ku kurang lebih begitulah....
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku memliki tanda tak terlihat
Aku memiliki yang tak tergenggam
Aku mendengar yang tak ingin terdengar
Aku datang dan tak merasakan yang terasakan

Pagi…

Kakinya berderap kencang, dengan nafas memburu dia berkeliaran di lorong, dengan tatapan putus asa dia terus berlari dengan iringan musik kematian yang seolah ingin menjemputnya. Dia begitu lelah ketika sampai di ruangan itu. Dia adalah Angga, yang semalam nggak bisa tidur karena memikirkan banyak hal antara lain Rina, puisi, Ulangan Matematika, dan presentasi PKn yang satu pun nggak selesai. Kemudian dia coba melirik ke segala arah di ruang itu, dan... dia salah ruangan!!! Kembali dia berlari ke ruang kelasnya. Pikirannya sedang kacau.
“Haaah... Haaaah... Haaaah....” suara Angga begitu sampai di kelas, mencoba menggenggam nafas yang sedari tadi dilemparnya saat berlari. Dan... speechless karena nafasnya sesak. Kembali dia menatap ruangan itu, ada yang kurang. Adit. Tapi pikirannya langsung teralih pada ulangan yang akan diadakan nanti, segera dia membuka lembaran demi lembaran. Membaca sekilas.
“Kemana ya paus itu?” Pikir Angga.
“Eh si Adit kemana?” Tanya Randi yang berdiri disebelahnya. Maklum ketua kelas, jadi dia selalu memonitor segala aktivitas temannya. Sebenarnya supaya nggak ngejatohin imej dia di depan guru. Cowok bernama lengkap Muhammad Randi ini memang cukup dikagumi anak sekelas. Punya wibawa plus ada aura gimanaaaaa gitu.
“Meneketehe.” Jawab Angga yang masih membolak-balik buku dengan tebal kira-kira 160 halaman.
“Kan biasanya lo sama dia.”
“Tapi gw kan bukan emaknya.” Angga merasa terganggu karena nggak bisa belajar. “Udah gw mo belajar.” Usir Angga
“Ya udah....” Ucap Randi sambil berlalu.
“Apaan sih emang gw apanya si Adit? Tapi tumben dia nggak masuk, ada apaan ya?”

“Eh gurunya dah dateng!” seru salah seorang anak.
WHAT??? Gw belom belajar!!!
“Ya tutup bukunya.” Ucap Bu Ajeng.
“Haaah... ya udah gw pasrah.”

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dengan sisa semangat yang hampir habis, karena ulangan Matematika yang gagal total plus presentasi PKn yang sama ancurnya, Angga menempelkan kepalanya di meja kayu yang terletak tepat di depannya. Lengket. Rasanya tidak ada lagi semangat karena hari yang buruk ini. Frustasi? Pastinya. Wajah madesu-nya pun masih dipakai sampai istirahat kedua dan dia nggak punya nafsu makan sama sekali. “Coba ada si Adit seenggaknya kan gw bisa nyontek ato nanya ke dia! Kemana sih dia saat gw butuhin?” Gerutu Angga masih dengan kepala yang lekat di meja. “Ng? Ada surat di kolong meja Adit? Surat apaan?” dan setelah dibukanya surat itu, dia menemukan bahwa si Paus izin dengan smiley ga jelas. Di situ dia tulis kalo dia ada acara dan dia minta di absenin dan yang lebih mengejutkan adalah adanya lampiran yang berisi rumus matematika lengkap dengan keterangan dan embel-embel lain. “Ini persiapan kalo lo ga sempet belajar ato nge-blank.” Tulis Adit di lampirannya tersebut. “............ Kenapa dia ga sms gw dulu sih ?!?! seenggaknya kan nih rumus bisa gw pake!!!” AAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHHHHHHH.

Kemudian surat tersebut diberikannya kepada yang berwenang. Randi.
“Tuh kan... lo pasti tau si Adit kenapa ato dimana.” Tuduh Randi yang rada kesel karena di “usir”. Secara paksa oleh Angga pas paginya.
“Kan dah gw bilang tuh surat baru gw liat tadi. BARUSAN.” Dengan penekanan pada kata “barusan” .
“Kalo gw tau dari pagi gw pasti bisa ngerjain soal tadi!” Seru Angga dalam hati.
“Si Adit kenapa yah? Tumben nggak dateng. Ada apaan ya?” Pikir Angga.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

10 minutes After School...

Zie menunggu dengan sabarnya di tempat ngumpul favorit para anak mading. Sekret mading. Dengan sebuah majalah yang masih asyik dibacanya selama beberapa lama. Tidak lupa dengan “Obscura”--kamera manual milik Zie yang cukup besar--yang diletakkan begitu saja di atas meja. Foto-foto Angga sudah dicuci cetak bersama dengan pemandangan yang diambilnya saat moment tertentu. Sementara Nia dengan santai duduk manis di kursi kayu yang berwarna merah bata. Dia sibuk dengan lagu MP3 yang didapatnya semalam. Sambil menggerakkan kipas dengan gambar bunga matahari yang didapatnya saat ulang tahun--bersama dengan tepung dan benda aneh yang dilempar ke arahnya--dia membaca lirik lagu yang juga diambilnya sebagai referensi untuk menulis blog. Data tentang Angga sudah disatukan tinggal menunggu yang punya “hajat”. Di sudut lain terlihat Diah, entah kenapa, dengan wajah senang membolak-balik kamus Oxford tercinta. Yup gadis dengan TOEFL 590 ini sedang mempersiapkan diri untuk tes TOEFL selanjutnya, selain itu dia memang senang mencari istilah baru dalam kamus yang belum tentu terpakai. Lain lagi dengan Cinta, kali ini dia bersenandung ria sambil memainkan gitar yang ada di sekretariat, sebuah lagu berjudul “tentang seseorang”, sebuah lagu soundtrack Ada Apa Dengan Cinta? film favorit yang sering ditontonnya tanpa pernah nengenal kata bosan, mungkin karena namanya tercantum disana atau karena ada aktor sekeren Nicholas Saputra yang mampu membius jutaan perempuan Indonesia. Semua sibuk dengan kegiatan sendiri karena Rina tidak kunjung datang untuk membahas hal yang pastinya tidak akan keluar di ujian kenaikan kelas, tes Mid semester, UAS atau pun ujian negara. Jadi semuanya menyibukkan diri sendiri.


“Rina lama yah?” ucap Diah buka keheningan.
“Iya lama banget. Kemana sih tuh anak? Lo tau ga Cin?” tanya Nia.
“Mana gw tau kan kemaren yang heboh gara-gara ditelepon Rina bukan gw.”
“Eh gw juga nggak tau si Rina kemana, enak aja nuduh.” Bantah Zie.
“Ya kali aja kan kita ga tau.” Ucap Cinta masih dengan gitar dipangkuannya.”
“Jadi nggak sih sebenernya?” tanya Nia.
“Jadi kok.” Jawab Rina sambil melepaskan tasnya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Lemah. Lesu. BeTe. SEBAL!!! Yah begitulah yang dirasakan Angga karena ketidakmampuannya mengerjakan ujian tadi dan ditambah dengan hancurnya presentasi PKn karena makalah kelompok yang tidak terbawa. Dengan langkah malas dia menyusuri jalanan kota. Pulang dan tidur. Itulah yang ada dipikirannya sekarang setelah hari berat yang baru dia rasakan. Sesegera mungkin kakinya diarahkan ke tempat penyetopan bus terdekat di sekolahnya. Karena tidak ada bus yang berhenti di halte seperti yang ada dalam cerita SD dan buku pelajaran mengenai tata tertib. Angga mulai memainkan MP3 player yang didapatnya sebagai hadiah ulang tahun dari makhluk setengah paus yang biasa mengekor di belakangnya lengkap dengan lagu melankolis dari Adit yang dibiarkan mengisi memori benda tersebut. Ear phone telah terpasang dengan baik dan mulailah dia menenangkan diri. Melepaskan pikiran dari masalah yang ada. Tentang Adit, tentang puisi, dan Karin.

-------------------------------------------------------------------------------------------------



Senin, 05 Januari 2009

Pu Is I

Barisan puisi ini adalah satu yang ku punya
Yang mungkin akan kau lupakan atau untuk dikenang


Beberapa hari lalu kudenger lagu ini dan rasanya agak menyesakkan dada kayak gambar ku banget trus ku jadi inget "dia" lagi, aneh kan? Dan ada rasa sedih yang terlintas juga. Aku nggak ngerti kenapa mendadak aja lagu ini terputar dan langsung nusuk ku dalem juga (sumur kali dalem) Terus ku jadi inget lagu, "suara hati seorang kekasih" sama "tentang seseorang" dan mendadak jadi melancholy. Inikah kekuatan sebuah lagu? Evoker. Dalam bahasa Indonesia berarti pembangkit ingatan yah mendadak muncul kenangan karena lagu itu, mungkin ini juga yang jadi alasan kenapa banyak lagu bertema cinta, untuk mengenang bahagia itu sendiri. rasanya sih kayak gitu. Yah, ku jadiin song of the day deh lagu diatas walau ku nggak inget judulnya sih. ternyata baru ditinggal 2 minggu dah bikin kangen pengen nulis lagi, aku payah deh. O iya ku punya lagu baru judulnya Zero no Chouritsu (Just Call My Name) jadi inget sebut namaku 3 kali hehehe. AKu mencoba menulis apa yang kurasa. Tapi aku terlalu lelah sekarang.


Kucoba bahasakan yang kudengar
Kucoba bahasakan yang kurasa
Kucoba bahasakan yang kulihat
Meniupkan angin ke segala arah
Dan angin berbisik....
Sekali lagi... larilah....

The End of New Year


semakin lama blog ini makin aneh isinya mulai dari puisi, cerita kayak diari, hal lucu dan nggak penting dari forum, tulisan yang blom selesai, dan masih ada beberapa hal aneh lainnya. Hari ini adalah hari yang baru tahun baru dan bulan yang baru juga. Ada yang bilang tahun baru, target baru, resolusi baru, dan berbagai hal baru lainnya, makanya picture say good bye itu Death yang melambangkan sesuatu yang mulai lagi dari nol entah itu "mati" total ataupun mengulang lagi. Tapi, ku pribadi nggak ngerasa ada yang beda. Entah apa yang mau diselamatkan pas bilang selamat tahun baru, dan kenapa juga harus diberi selamat? Memangnya ada apa? Kalo ulang tahun kan jelas there's something happening, tapi kalo tahun baru? BUmi yang ulang tahun? Trus koq Selamatnya bukan ke Earth sih? Toh bumi masih berputar dengan kecepatan yang sama tiap tahunnya. walaupun usianya tambah tua, tapi kalo dilihat "biological"(kalo ada)nya tuh udah rapuh dari lama jadi nggak ketahuan lagi tuh usia seharusnya. Trus kenapa yang lama harus selesai, bisa kan resolusi tahun ini sama atau nerusin dari resolusi tahun lalu. Dan yang bikin rada miris adalah kebiasaan bangsa kita yang ngikutin budaya lama, yang selalu ngerayain tahun baru -- baik tahun baru 1 JAnuari, imlek, maupun lebaran -- selalu aja ngerayain dengan pesta poria nggak penting.

Ambil contoh aja 1 Januari, mendadak bermunculan yang namanya konser disana-sini yang butuh dana gak segede uang sekali makan malah banyak yang bela-belain ngerogoh duit lebih dalem buat dengerin konser yang kalo dilihat diberita suka ada yang mati atau rusuh. Terus acara TV yang munculin acara baru Such as Da Vinci Code ma Harry Potter cuma buat acara puncak tutup tahun.

Terus, imlek dimana tradisi Tiong Hoa dikeluargaku sendiri bilang "Tahun baru baju baru!" Sadar nggak sih Kalo beli baju itu mahal dan cuma buat dipake pas hari H abis ntu layak jadi pakaian yang dipakai pas kuliah. Dan bilang "Iiih malu nggak pake baju baru pas Tahun BAru" padahal ku juga dah sering bilang nggak apa koq nggak beli baju baru. Dan yang parah adalah kegiatan bagi Ang Pao (bener nggak sih tulisannya?) Yang dengan mudahnya didapat Dengan mengepal tangan -- bukan malak -- cuma sebagai tanda tahun baru, dan nggak sedikit juga tuh anak kecil yang dapetin duit banyak gara-gara ntu yah, 50.000 pasti dapet lah. Dan ku akuin mang dulu pas kecil seneng juga dapet uang sedikit gitu tapi bingung mo dipake buat apaan dan akhirnya berakhir ditangan orang tua. Apa ini cara baru untuk mengeruk uang sebanyak mungki atau cara menjerumuskan anak ke arah konsumtif?

Tradisi yang sama juga ada pas lebaran, pertama konsumtifitas BBM karena banyaknya pemudik ini mang nggak salah, dan mirip dengan tradisi imlek yang ada acara Ang Pao disini juga ada yang namanya salam tempel Plus-plus, kenapa Plus-plus? Karena plus duit yang setipe dengan imlek-an. Nggak luput dari perhatian kita kalo yang namanya lebaran tempat wisata pasti penuh, contohnya di tempatku itu namanya Gunung (lagi?) Kapur pasti ada rombongan yang entah dapet duit dari mana dateng ke sana cuma buat ngabisin lebaran. Yang bikin miris adalah kebudayaan konsumtif nih, keliatanya nggak bisa direm walaupun banyak juga yang ngasih sedekah, tapi giliran kayak gini nggak ada yang mikirin gimana mereka ngerayain hari yang mungkin sebenernya malah nggak perlu dirayain lebai-lebai banget.

Tahun baru serasa lebih mirip sebagai harga mati dalam sebuah unjuk adu kaya yagn mirip adu tinggi-tinggian anak kecil. Lebih hebat lagi karena entah sejak kapan dan bagaimana angin yang namanya harus rayain tahun baru ini dah ngebius hampir seluruh orang di dunia. Akhirnya muncul pertanyaan baru, yang mungkin bisa dibahas secara filsafat, masih penting kah perayaan yang besar-besaran itu?