Minggu, 18 September 2011

Menjadi Pahlawan

Suatu kali aku menonton sebuah film komedi superhero yang judulnya tidak saya ketahui. Film itu berisi parodi dari film superhero, mulai dari spiderman, batman, x-men bahkan fantastic four. Film itu bercerita tentang seorang muda yang bersikeras bahwa dirinya tidak dapat menjadi pahlawan. Si karakter utama ini mengatakan bahwa diarinya ingin hidup dengan normal, terlepas dari harapan kedua orang tuanya yang sudah almarhum, terlepas dari dirinya yang digigit seekor capung mutan.

Ditengah film konyol yang nampak tidak berisi itu, ada sebuah pertanyaan yang meluncur. Bagaimana caranya menjadikan diri sebagai pahlawan? Hmmm. Menjadi pahlawan? Konyol sekali. Pikirku dengan pikiran sinis. Tidak ada seorang pun yang bisa menjadi pahlawan atas kemauannya sendiri. Bahkan jika dia memiliki kemampuan super yang mendukungnya menjadi pahlawan. Menjadi pahlawan tidak lah semata-mata ketika kita melompat ke kobaran api dan menyelamatkan orang yang ada disana. Tidak sesederhana dengan tindakan menolong yang kita lakukan. Tetapi ada yang lebih dalam yang seringkali kita lupakan dalam serial superhero. Karakter yang nampak tidak penting tetapi berperan besar dalam munculnya si pahlawan ini.

Untuk menjadi pahlawan dibutuhkan dua oknum. Pertama, oknum ditolong dan oknum penolong. Oknum penolong ini biasanya adalah orang-orang yang memiliki tingkat kepedulian yang pas, tidak terlalu tinggi juga terlalu rendah. Orang-orang ini bertindak karena ada sebuah dorongan dalam diri mereka yang membuat akhirnya membangkitkan rasa untuk menolong oknum ditolong.

Oknum ditolong adalah orang-orang yang sedang berada dalam masalah. Oknum ditolong adalah objek penderita yang mengalami sebuah masalah dan membutuhkan pertolongan. Di sinilah seorag pahlawan dapat muncul. Tergantung dari bantuan yang diberikan oleh oknum penolong maka respon dari oknum ditolong dapat berbeda. Mulai dari yang paling positif hingga paling negatif. Salah satunya adalah menjadikan oknum penolong sebagai pahlawan. Hal ini dilakukan oleh oknum ditolong. Tentunya akan konyol jika oknum penolong berkata I am My savior. Tetapi jika dilihat dari oknum ditolong kata-kata yang muncul adalah You are My savior. Jadi, dari sini dapat dilihat bahwa seseorang dapat menjadi pahlawan jika oknum ditolong menyatakan hal tersebut.

Ini membawa saya ke dalam perenungan yang lebih mendalam. Sebagai manusia kita harus mengakui bahwa diri kita tidak dapat lepas dari masalah. Dengan begitu, selamanya manusia adalah oknum ditolong. Jika demikian, kita memerlukan oknum penolong dalam hidup kita. Oknum yang dapat menjadi figur pahlawan. Sosok yang dirinya sendiri tidak memerlukan oknum penolong. Bukan kah begitu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar