Senin, 14 Juni 2010

Ombak

Ribuan detik aku lalui untuk tiba disini. Dibibir pantai ini aku mencari jawaban, berdiam diri membiarkan ombak menghempas tubuhku. Dimanakah dirimu? Aku ingin jawaban yang pasti karena tak kutemukan dirimu dimana pun. Aku tak menemukanmu di tengah orang banyak. Aku tak dapat bertemu denganmu bahkan walau sekejap. Dan kini aku berharap engkau hadir disini. Kupercepat langkah kakiku menyusuri bibir pantai memastikan kehadiran dirimu yang kutahu tidak ada. Aku masih ingin berharap beberapa menit lagi bahwa dirimu ada diujung sana. Kuteriakkan namamu mendahului ombak yang berkejar-kejaran walau aku tahu kau tak menjawab. Aku tahu tidak mungkin dirimu hadir saat ini tapi aku ingin melihatmu. Mencari wajahmu yang tak pernah kutemukan.

Dirimu tak kutemukan juga disini. Aku biarkan ombak menghempasku jauh. Merobohkan diriku yang berbalutkan kemeja merah beserta kesombongan dan kemarahanku. Biarlah semua itu hilang tertelan laut. Aku lihat ombak itu meninggi seolah mencoba melahapku dalam sekali tabrakan. Kubiarkan ombak itu menerjang, menyeretku hingga ke bibir pantai. Aku terhempas dan terdampar di sisi lain pantai ini. Kulangkahkan kakiku mencari yang tersisa dari puing-puing kebanggaanku tetapi tak ada yang tersisa. Semuanya telah hancur diterjang ombak, diombang-ambingkan ke seluruh penjuru bumi menyisakan diriku yang terbaring di pantai pasir ini.

Kemudian kulihat dirimu yang sedang duduk diam diatas batu karang. Aku membuka mulutku meneriakkan namamu sambil berlari mendapatimu. Aku datang bertanya padamu mengapa aku tak menemukan dirimu, mengapa tak kau dengar panggilanku? Dirimu hanya tersenyum dan mengatakan perumpamaan yang tak kumengerti tentang gembala dan dombanya, tentang unta dan lubang jarum. Beberapa saat kemudian kau menyuruhku duduk bersamamu untuk mendengarkan apa yang ingin kau katakan. Dirimu mulai berkata-kata mengenai ombak, lautan, dan berbagai hal yang tak kupahami. Mengajarku tentang berbagai hal mengenai dirimu dan keinginanmu. Ditempat ini aku bagaikan anak kecil yang kebingungan, menanyakan segala hal yang kuanggap sebagai sesuatu yang baru. Akhirnya karena banyaknya pertanyaanku dirimu memintaku untuk kembali lagi. Ditempat ini dimana ombak menghempasku hingga aku tak berdaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar