Senin, 21 Maret 2011

Teori tentang kesepian

Beberapa hari belakangan ini rasanya saya semakin terjangkit virus FB. Virus mematikan yang membuat saya tergeletak memandangi sebuah situs dalam waktu beberapa lama hanya untuk menantikan hal yang tidak pasti. Update status. comment. Dua hal ini yang paling mengganggu hati saya akhir-akhir ini. Sebagai seorang mahasiswa yang "terisolasi" mungkin FB menjadi sebuah media untuk kembali keep in touch dengan dunia luar. Atau sekadar mengobrol dengan orang-orang yang kita kenal. Rasanya semua orang menganggap bahwa hal ini adalah suatu yang lumrah dan wajar. Pernahkah terpikir dalam benak kita masing-masing bahwa kita sedang kesepian dan membutuhkan orang lain?

Saya tidak tahu apa yang pembaca rasakan tapi saya rasa FB dapat menimbulkan kecanduan yang akut. Jadi, saya mencoba mengajukan sebuah tesis. Orang-orang menjadi kesepian karena mereka merasa bahwa lingkungan dimana mereka hidup tidak dapat menerima mereka apa adanya. Hal ini dapat disebabkan banyak hal. Misalnya saja pada budaya tertentu dikatakan bahwa seorang laki-laki tidak boleh menangis, seorang wanita harus lemah lembut, harus menampakkan keceriaan setiap hari, dan keharusan-keharusan lain yang membuat kita merasa tertekan. Apakah kelaki-lakian seorang pria akan diragukan jika dia menangis? Apakah perempuan dapat dikatakan pria jika ia tidak lemah lembut? Tentu tidak. Tetapi sayangnya, jarang diantara kita yang menyadari hal ini sehingga membuat diri kita tersiksa memenuhi ekspektansi-ekspektansi yang ada.

Individu menjadi sosok yang kesepian ketika ekspektansi yang dimiliki oleh masyarakat atau yang ada pada mereka sendiri terlalu tinggi. Sehingga menimbulkan perasaan rendah, penolakkan, tidak dapat dimengerti, dan sebagainya. Perasaan inilah yang membuat masing-masing dari kita merasa sendiri dan kesepian. Jika hal ini terus berlanjut maka besar kemungkinan individu akan semakin sulit untuk menerima diri apa adanya dan menjadi semakin kesepian setiap harinya.

Lalu apa hubungannya dengan FB atau jejaring sosial lain? Sepintas memang tidak ada korelasi yang nampak antara kesepian dengan jejaring sosial-saya sendiri tidak menyadarinya sampai saya teringat artikel ini- tetapi ada sebuah riset yang menunjukkan adanya korelasi antara berapa sering seorang mengakses jejaring sosial dengan tingkat depresi. Jadi saya merasa tertohok dan bertanya apakah saya sedang depresi? Karena tingkat saya mengakses jejaring sosial akhir-akhir ini lebih banyak dari biasanya.

Tesis kedua yang bisa saya lontarkan adalah adanya sebuah kepuasan ketika kita mengakses jejaring sosial. Karena di jejaring sosial kita bisa mengatakan apa pun, terlepas dari apakah itu hal yang penting atau tidak. Tanpa perlu was-was, kita merasa bebas untuk mengeluarkan apa yang ada dipikiran kita. Status-status yang kita lontarkan di jejaring sosial ini kemudian direspon oleh teman-teman kita sehingga membuat kita merasa tidak kesepian, mendapat perhatian, dan perasaan diterima. Dan dari pengamatan saya, hal ini bersifat cukup adiktif. Beberapa teman saya menghabiskan waktu dua, tiga, sampai sepuluh jam per harinya untuk membuka FB. Ini saya ketahui dari iseng-iseng ketika membuka profile teman-teman saya.

Tesis ketiga sekaligus yang terakhir adalah, seorang individu yang telah addict dalam dunia maya akan merasa kesepian dan tidak nyaman untuk kembali ke dunia nyata. Hal ini bisa jadi karena individu itu merasa bahwa dunia maya lebih memuaskan dan lebih menyenangkan dibandingkan dunia nyata. Hal ini menciptakan sebuah lingkaran setan yang tidak terputus, ketika individu memasuki dunia nyata dan melihat kenyataan tidak seindah dunia maya maka ia kembali ke dalam dunia maya yang merupakan zona aman bagi dirinya. Hal ini terus berulang hingga ia tidak menyadari bahwa ia sudah terlalu lama dalam dunia maya. Seperti ditelan hidup-hidup, tidak merasakan sakit, begitu tersadar kita sudah dicerna oleh penolakkan dan kesepian yang sedikit banyak kita ciptakan sendiri.

Masuk ke bagian aplikasi, mungkin sudah saatnya kita kembali ke dunia nyata dan membenahi apa yang ada. Bangun dari dunia impian. Keluar dari zona aman. Bersama orang-orang yang anda kasihi, orang-orang yang penting bagi kita semua. Atau mungkin anda bisa menolong menyadarkan teman anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar