Rabu, 05 Agustus 2009

Facing Your Shadow

Entah berapa lama waktu yang kuhabiskan. Hanya untuk menolak dan tidak menghiraukan dirinya. Walau dirinya datang berbungkus pakaian rapi dan bagus tetap saja aku menolaknya. Dia adalah sosok yang selalu kubiarkan sendirian meraung seperti monster liar yang minta dilepaskan dari rantai yang menjerat erat lehernya. Tapi aku tak mau melepaskannya, walau tubuh ini telah penuh luka karena taring dan cakarnya yang tajam.

Disana ia berjalan sendiri ditengah lumnpur hidup yang menghisapnya masuk setiap kali dia mencoba melangkah. Dan aku dengan egoisnya memalingkan wajahku darinya. Menutup telinga seolah tak ada yang berteriak. Aku tidak kenal. Padahal dia selalu bersamaku walau aku mengekangnya, walau aku tak pernah membiarkannya keluar dia tetaplah ada. Aku selalu menyangkal dirinya dalam sadar dan itu membuatnya semakin mengejang dengan jeritannya akan kesakitan.

Terkadang jeritan itu semakin sulit aku acuhkan pernah beberapa kali ia lepas dari rantainya dan menyerang orang disekitarku tanpa kenal belas kasih. Menusuk dengan tajam langsung kedalam hati. Saat itu tatapannya penuh kebencian. Rasanya aku akan ditelannya. Aku Takut.

"Kenapa kau tidak pernah menanggapiku?" Tanyanya dengan nada tinggi.
"Ka... Karena... aku tidak... ingin kamu ada." Sahutku dengan sedikit takut.
"HMMPPHH... HAHAHAHAHAHAHA...." Gelak tawanya begitu lepas dan menggelegar sedangkan aku disini hampir menangis atas yang dilakukannya.
"Kamu pikir aku senang dengan keberadaanku yang seperti ini? TIDAK!!" Suaranya menggetar kembali.
"Aku hanya ingin kamu menerimaku, itu saja tidak lebih. Jika kamu bersikeras melupakan dan tidak menerimaku..." tiba-tiba suaranya melemas. " Aku... tidak tahu bagaimana... apa kamu tahu bagaimana rasanya tidak diinginkan?"

Perlahan aku mendekatkan diriku padanya. "Aku mengerti, maaf telah mengacuhkanmu. Dan terus menerus menyangkalmu." Aku tidak tahu bahwa dirinya begitu sakit sedangkan aku berusaha mati-matian mengacuhkan bahkan ingin membungkam dirinya seumur hidup. Aku harap mulai sekarang aku bisa lebih menerima dirinya dan tidak memalingkan diri. Karena dia adalah aku sendiri.

Aku terlalu lelah merantainya dan menyangkal dirinya. Aku ingin mengerti apa yang diinginkannya dan menetralisir semuanya bukannya membelah diri menjadi kutub Utara dan Selatan. Aku telah siap berhadapan dengannya. Bayanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar