Selasa, 25 Agustus 2009

Es Cantiknya Mas, Es Imutnya Mbak, 3000 3000 3000 Es Buah!!!

Aku berada dikos Fatrik-Senpai, dengan beberapa buku yang menghiasi beberapa sudut dalam ruangan itu. Beberapa bertengger dengan santai didalam raknya yang manis, beberapa tergeletak dengan rapi memberi kesan bersih. Diatas tempat tidur Fatrik-senpai memejamkan mata seiring berjalannya waktu, begitu pula dengan aku yang meletakkan tempat tidur darurat dilantai untuk berbaring karena kantuk yang menyerang.

Sambil menikmati tempat tidur darurat tersebut jariku bermain dituts handphone jadul yang selalu kubawa, mencoba mengirim pesan singkat ke teman-teman yang saat itu sedang bersiap untuk berjualan di depan D3 ekonomi. Es buah. Itulah yang akan dijual hari itu, ide gila ini berawal saat rapat pada kesempatan sebelumnya, dengan antusiasme yang tinggi Cece, Yanthi, K Veni dan Dida memikirkan cara untuk melaksanakan ide aneh ini sambil berceriwis ria didalam sekber. Kemudian badan eksekutif Usda yang berisikan Cece, Yanthi, K Icha, K Veni, dan beberapa orang lain mulai meramu benda-benda seperti melon, semangka, blewah, cincau, agar-agar dan susu hingga terciptalah segelas Es Buah. Ide penamaan Es Cantik dan Es Imut ini digagasi oleh Yanthi sang Usda Utama yang menentang malam dan sore tanpa kenal lelah. Saat menuliskan kata Es Cantik dan Es Imut ini dia bekata,"...Yang penting eye-catching dulu..." Kemudian aku perhatikan beberapa benda yang dijadikan sebagai alat pajangan dadakan, sebuah meja tinggi dari kos Zadok, sebuah rak dengan warna Shocking Pink dan sarung putih yang didapat dari kos Zadok pula. "Mana yang kurang eye-catching?" Pikirku dalam hati.

Lalu, kemarin tepatnya hari senin tanggal 24 Agustus kami kembali beroperasi dilokasi yang sama dan jam yang sama pula. Waktu itu, aku masih berada di kos Fatrik-senpai bermalas-malasan dengan tempat tidur darurat dan terkapar dalam waktu beberapa menit sebelum akhirnya ku sadari adanya sms yang masuk dari 0, nomor yang sering dipakai Yanthi untuk sms. Isinya adalah untuk memintaku datang, yah bolehlah lalu aku berpamitan pada Fatrik-senpai yang masih dalam keadaan 5 watt, lalu Fatrik-senpai berkata,"ambil kolak dulu satu buat kamu, satu buat K Icha, Satu buat Zadok." Kemudian aku melenggok ke sebelah untuk mengambil kolak tersebut plus 5 kolak yang sebelumnya kupesan. Disana aku menanyakan perihal Koloak yang tadi ku pesan dan kolak yang dipesan Fatrik-senpai. Ternyata kolak pesananku tidak ada karena dianggap sudah disatukan dengan pesanan Fatrik-senpai yang kebetulan memesan dalam jumlah yang sama. Singkat cerita akhirnya melangkahlah makhluk ini ke lokasi operasi yaitu didepan D3 Ekonomi.

Sesampainya disana dengan PD makhluk satu ini bertanya,"Dah laku berapa?" Yang dijawab dengan jawaban, belum laku oleh Usda Utama kami Yanthi. Kemudian tanpa banyak basa-basi lagi segera kami mulai berpromosi dengan berteriak-teriak. Ditempat yang sama, Fitro yang menjual kolak bersama kami pun ikut berpromosi dengan menunjukkan Kolak buatan K Lena dan K Eka yang lumayan enak. Tidak kalah seru, "saingan" kami yang berada tepat disebelah kami ikut-ikutan berteriak. Akhirnya karena belum ada yang membeli kami membelah diri menjadi dua, (Amoeba kali...) K Icha, K Veni, Cece, dan Mas Ririn menuju bunderan dekat Fakultas Filsafat sedangkan aku, Yanthi dan K Enggar masih bertahan didepan D3 ekonomi. Lama berteriak tapi tidak membuahkan hasil malah aku diledek K Enggar dan Yanthi," Promosi Es Cantik dan Es Imut tapi yang teriak kayak gini." Ledek mereka dengan senyum sumringah.

Disisi lain, Cece dan K Icha ternyata menjadi "penjual Jamu" dadakan dengan berbekal Toples dan benda peracik es buah mereka berjualan door-to-door ala penjual jamu gendong, dari satu kos ke kos yang lain. Alhasil lumayan juga dapat 10 pembeli, pembeli lainnya adalah kenalan K Enggar. Waktu buka tiba, tanpa seorang pun yang datang lagi ke stand kami tercinta akhirnya es buah ini kami nikmati dari kami untuk kami oleh kami sendiri *hiks* Setelah pukul 19.00 kami bingung mau dikemanakan es buah yang tidak terjual ini, kami tawarkan ke Masjid Kampus tidak ada yang beli (Maaf ya kalau tersinggung). Akhirnya K enggar memunculkan ide," Gimana kalo kita bagi ke anak jalanan? Daripada disimpen di kulkas, kualitasnya berkurang." Bukan ide yang jelek sih, tapi kemudian Yanthi memunculkan ide baru," Gimana Kalo kita jual ke Perkantas dan Navigator?" Singkat kata Singkat Cerita singkat Waktu, akhirnya Yanthi, K Icha, K Enggar, K Veni, Cece dan Mas Ririn melesat ke sana tanpa helm pad tiap orang yang dibonceng. Aku sendiri langsung pulang karena tidak ada tumpangan, dan dari sms Yanthi, aku mengetahui es itu tersisa tujuh buah. Aku merasa lega, karena kupikir tidak akan laku karena hari sudah malam dan situasi tidak kondusif untuk berjualan.

Inilah teman-temanku yang hebat dan berkeinginan kuat, aku rasa Orkestra ini akan berjalan baik. Semua pemain sudah melengkapi persyaratan untuk bermain, kini saatnya terus maju dan tetap berlatih. Aku ingin mendengar alunan lagunya. Konduktor, mainkan musiknya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar