Senin, 24 Januari 2011

It's level up time!!

Respon terhadap dua digitnya saya heran...

Sewaktu aku kecil tanteku berkata bahwa aku haruslah ranking satu. Ia berpesan kalau aku haruslah menjadi yang terbaik. Ia juga berkata bahwa nilai berdigit dua itu yang menjadi tujuanku belajar. Kemudian aku yang masih kecil dan sangat polos menjawab dengan pasti,"Ah tidak apa-apa, kalau tidak dapat ranking satu yang penting naik kelas." Saat itu aku masih sekitar dua SD. Aku berpikir bahwa jika aku tidak memahami pelajaran yang diajarkan tidak akan ada artinya aku mendapat rangking teratas. Namun, tanteku bersikeras bahwa aku haruslah rangking pertama. Sebagai anak kecil polos yang masih bergantung pada orang dewasa, aku mengiyakan. Namun, perasaanku berontak. Aku berpikir bahwa mendapatkan ranking pertama bukanlah tujuanku bersekolah. Motivasiku bersekolah saat itu adalah karena aku dapat menemukan hal baru mengenai dunia ini, aku menemukan bahwa belajar itu menyenangkan! Banyak hal yang ternyata tidak kuketahui.

Banyak dari antara teman-temanku yang mengatakan bahwa sekolah membosankan dan menyebalkan. Aku hanya mengiyakan apa yang mereka katakan tapi tidak berkata bahwa menurutku sekolah menyenangkan. Setiap aku naik kelas aku mendapatkan tantangan baru. Seperti melanjutkan ke tingkat dalam sebuah game. Pelajaran yang kuterima aku anggap sebagai experience yang harus kudapatkan untuk bisa meningkatkan level. Aku tak pernah mengatakan hal ini kepada temanku karena mereka akan menganggapku sok rajin, anak pintar, anak alim, dan sebutan lain yang membuatku tidak nyaman. Aku merasa berbeda saat itu. Kini sudah belasan tahun lewat dari masa itu. Aku menemukan masalah yang sama. Ketika dua digit yang diberikan oleh dosen seperti pernyataan hakim akan siapa yang benar dan siapa yang salah.

Awalnya aku juga merasa bahwa dua digit itu penting. Sebelum akhirnya pada semester satu, aku merasa bahwa aku harus memiliki nilai yang baik. Tetapi semua segera berubah, aku tersadar bahwa bukan itu yang aku cari dalam perkuliahan. Yang aku cari adalah seorang yang dapat memberikanku experience yang cukup bagiku agar bisa maju ke level selanjutnya. Mencari nilai bukan tujuan utamanya. Aku merasa kecewa dengan nilaiku yang kurang memuaskan, rasanya semua orang seperti itu. Memang nilai itu akan menjadi penilaian dalam mencari kerja, tapi itu semua akan hilang dalam sekejap. Aku maju sejauh ini dan berusaha menutup telinga atas apa yang mereka katakan mengenai nilai. Nilai itu penting tapi jangan menjadi yang terpenting. Jika berkuliah untuk mendapatkan nilai, bisa saja meminta dosen memberikan nilai A atau berapa pun yang diinginkan. Nilai itu didapat dari kemampuan. Mungkin yang tidak baik bukan nilai yang kita dapat tetapi sistem yang membuat nilai itu muncul. Kemudian sebuah pertanyaan muncul dikepalaku, adakah orang lain diluar sana yang mempertanyakan dua digit itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar