Sabtu, 10 Januari 2009

You Are The Fool!!

You Scored as 0 - The Fool

The Fool is the most complex and most contradictory of all the Tarot cards. "I am not a number, I am a free man". The Fool represents naivety and childlike innocence - yet the Fool is wise. He carries only what possessions he really needs He journeys through life, tasting everything it has to offer then letting it go and moving on. The Fool is a risk taker, often shown with one foot over a cliff showing us every new beginning has a risk. Whether the Fool represents opportunity or danger one thing is clear: this world needs more fools.

Ini adalah hasil Test Arcana yang secara iseng diambil, dan hasilnya nggak terlalu mirip sih. It's About me anyway. There is simple thing get complicated. Yah lama kelamaan ku bingung mau nulis apa disini, masih mikirin UAS sih....

Setelah adanya desakan dari temen buat lanjutin cerita, here is it. Di sini si Paus ga ada jadi rasanya rada sepi... I love That Character!! Eh iya kalo ngga ada yang merhatiin pertama bakal ku kasih tau soal in the making of this thing; pertama, sempat terlintas dimana lokasi dari kejadian yang blom kepikir sampe detik ini; kedua, apa Cinta seorang yang punya "Dunia " sendiri? Mengingat dia selalu bawa "Dunia" kemana-mana; Ketiga, karakter utama, siapakah tokoh utamanya? ada Yang bilang Cinta tapi menurut yang kutahu biasanya karakter utama tulisan ngikutin jenis kelamin si Pengarang yah seenggaknya yang amatiran kayak ku kurang lebih begitulah....
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku memliki tanda tak terlihat
Aku memiliki yang tak tergenggam
Aku mendengar yang tak ingin terdengar
Aku datang dan tak merasakan yang terasakan

Pagi…

Kakinya berderap kencang, dengan nafas memburu dia berkeliaran di lorong, dengan tatapan putus asa dia terus berlari dengan iringan musik kematian yang seolah ingin menjemputnya. Dia begitu lelah ketika sampai di ruangan itu. Dia adalah Angga, yang semalam nggak bisa tidur karena memikirkan banyak hal antara lain Rina, puisi, Ulangan Matematika, dan presentasi PKn yang satu pun nggak selesai. Kemudian dia coba melirik ke segala arah di ruang itu, dan... dia salah ruangan!!! Kembali dia berlari ke ruang kelasnya. Pikirannya sedang kacau.
“Haaah... Haaaah... Haaaah....” suara Angga begitu sampai di kelas, mencoba menggenggam nafas yang sedari tadi dilemparnya saat berlari. Dan... speechless karena nafasnya sesak. Kembali dia menatap ruangan itu, ada yang kurang. Adit. Tapi pikirannya langsung teralih pada ulangan yang akan diadakan nanti, segera dia membuka lembaran demi lembaran. Membaca sekilas.
“Kemana ya paus itu?” Pikir Angga.
“Eh si Adit kemana?” Tanya Randi yang berdiri disebelahnya. Maklum ketua kelas, jadi dia selalu memonitor segala aktivitas temannya. Sebenarnya supaya nggak ngejatohin imej dia di depan guru. Cowok bernama lengkap Muhammad Randi ini memang cukup dikagumi anak sekelas. Punya wibawa plus ada aura gimanaaaaa gitu.
“Meneketehe.” Jawab Angga yang masih membolak-balik buku dengan tebal kira-kira 160 halaman.
“Kan biasanya lo sama dia.”
“Tapi gw kan bukan emaknya.” Angga merasa terganggu karena nggak bisa belajar. “Udah gw mo belajar.” Usir Angga
“Ya udah....” Ucap Randi sambil berlalu.
“Apaan sih emang gw apanya si Adit? Tapi tumben dia nggak masuk, ada apaan ya?”

“Eh gurunya dah dateng!” seru salah seorang anak.
WHAT??? Gw belom belajar!!!
“Ya tutup bukunya.” Ucap Bu Ajeng.
“Haaah... ya udah gw pasrah.”

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dengan sisa semangat yang hampir habis, karena ulangan Matematika yang gagal total plus presentasi PKn yang sama ancurnya, Angga menempelkan kepalanya di meja kayu yang terletak tepat di depannya. Lengket. Rasanya tidak ada lagi semangat karena hari yang buruk ini. Frustasi? Pastinya. Wajah madesu-nya pun masih dipakai sampai istirahat kedua dan dia nggak punya nafsu makan sama sekali. “Coba ada si Adit seenggaknya kan gw bisa nyontek ato nanya ke dia! Kemana sih dia saat gw butuhin?” Gerutu Angga masih dengan kepala yang lekat di meja. “Ng? Ada surat di kolong meja Adit? Surat apaan?” dan setelah dibukanya surat itu, dia menemukan bahwa si Paus izin dengan smiley ga jelas. Di situ dia tulis kalo dia ada acara dan dia minta di absenin dan yang lebih mengejutkan adalah adanya lampiran yang berisi rumus matematika lengkap dengan keterangan dan embel-embel lain. “Ini persiapan kalo lo ga sempet belajar ato nge-blank.” Tulis Adit di lampirannya tersebut. “............ Kenapa dia ga sms gw dulu sih ?!?! seenggaknya kan nih rumus bisa gw pake!!!” AAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHHHHHHH.

Kemudian surat tersebut diberikannya kepada yang berwenang. Randi.
“Tuh kan... lo pasti tau si Adit kenapa ato dimana.” Tuduh Randi yang rada kesel karena di “usir”. Secara paksa oleh Angga pas paginya.
“Kan dah gw bilang tuh surat baru gw liat tadi. BARUSAN.” Dengan penekanan pada kata “barusan” .
“Kalo gw tau dari pagi gw pasti bisa ngerjain soal tadi!” Seru Angga dalam hati.
“Si Adit kenapa yah? Tumben nggak dateng. Ada apaan ya?” Pikir Angga.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

10 minutes After School...

Zie menunggu dengan sabarnya di tempat ngumpul favorit para anak mading. Sekret mading. Dengan sebuah majalah yang masih asyik dibacanya selama beberapa lama. Tidak lupa dengan “Obscura”--kamera manual milik Zie yang cukup besar--yang diletakkan begitu saja di atas meja. Foto-foto Angga sudah dicuci cetak bersama dengan pemandangan yang diambilnya saat moment tertentu. Sementara Nia dengan santai duduk manis di kursi kayu yang berwarna merah bata. Dia sibuk dengan lagu MP3 yang didapatnya semalam. Sambil menggerakkan kipas dengan gambar bunga matahari yang didapatnya saat ulang tahun--bersama dengan tepung dan benda aneh yang dilempar ke arahnya--dia membaca lirik lagu yang juga diambilnya sebagai referensi untuk menulis blog. Data tentang Angga sudah disatukan tinggal menunggu yang punya “hajat”. Di sudut lain terlihat Diah, entah kenapa, dengan wajah senang membolak-balik kamus Oxford tercinta. Yup gadis dengan TOEFL 590 ini sedang mempersiapkan diri untuk tes TOEFL selanjutnya, selain itu dia memang senang mencari istilah baru dalam kamus yang belum tentu terpakai. Lain lagi dengan Cinta, kali ini dia bersenandung ria sambil memainkan gitar yang ada di sekretariat, sebuah lagu berjudul “tentang seseorang”, sebuah lagu soundtrack Ada Apa Dengan Cinta? film favorit yang sering ditontonnya tanpa pernah nengenal kata bosan, mungkin karena namanya tercantum disana atau karena ada aktor sekeren Nicholas Saputra yang mampu membius jutaan perempuan Indonesia. Semua sibuk dengan kegiatan sendiri karena Rina tidak kunjung datang untuk membahas hal yang pastinya tidak akan keluar di ujian kenaikan kelas, tes Mid semester, UAS atau pun ujian negara. Jadi semuanya menyibukkan diri sendiri.


“Rina lama yah?” ucap Diah buka keheningan.
“Iya lama banget. Kemana sih tuh anak? Lo tau ga Cin?” tanya Nia.
“Mana gw tau kan kemaren yang heboh gara-gara ditelepon Rina bukan gw.”
“Eh gw juga nggak tau si Rina kemana, enak aja nuduh.” Bantah Zie.
“Ya kali aja kan kita ga tau.” Ucap Cinta masih dengan gitar dipangkuannya.”
“Jadi nggak sih sebenernya?” tanya Nia.
“Jadi kok.” Jawab Rina sambil melepaskan tasnya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Lemah. Lesu. BeTe. SEBAL!!! Yah begitulah yang dirasakan Angga karena ketidakmampuannya mengerjakan ujian tadi dan ditambah dengan hancurnya presentasi PKn karena makalah kelompok yang tidak terbawa. Dengan langkah malas dia menyusuri jalanan kota. Pulang dan tidur. Itulah yang ada dipikirannya sekarang setelah hari berat yang baru dia rasakan. Sesegera mungkin kakinya diarahkan ke tempat penyetopan bus terdekat di sekolahnya. Karena tidak ada bus yang berhenti di halte seperti yang ada dalam cerita SD dan buku pelajaran mengenai tata tertib. Angga mulai memainkan MP3 player yang didapatnya sebagai hadiah ulang tahun dari makhluk setengah paus yang biasa mengekor di belakangnya lengkap dengan lagu melankolis dari Adit yang dibiarkan mengisi memori benda tersebut. Ear phone telah terpasang dengan baik dan mulailah dia menenangkan diri. Melepaskan pikiran dari masalah yang ada. Tentang Adit, tentang puisi, dan Karin.

-------------------------------------------------------------------------------------------------



Tidak ada komentar:

Posting Komentar