Kamis, 18 Juni 2009

Kamu berharga bagiku

I Samuel 16
16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Perkenalkan aku adalah boneka kayu yang hidup di atas sebuah bukit kecil. Di sini di sebuah desa kecil aku bersama boneka kayu yang lain hidup berdampingan. Kami memiliki sebuah kebiasaan unik untuk menempelkan sticker berbentuk bintang berwarna kuning emas pada setiap yang berbuat baik atau memiliki kemampuan khusus! Jadi semakin banyak bintang yang dikumpulkan semakin banyak pula hal hebat yang dilakukannya.

Selain itu kami juga biasa menempelkan sticker berwarna abu-abu jika ada yang bertindak ceroboh, melanggar aturan, ataupun berbuat kesalahan. Semakin banyak yang sticker abu-abu ditempelkan berarti semakin payah dia. Setiap tahun kami akan menghitung berapa jumlah bintang dan titik abu-abu yang dimiliki seseorang hal ini menjadi sebuah adat rutin yang lucu. Semua yang ada disini selalu berusaha jadi yang istimewa dan baik menurut yang lain.

Hei, lihat ada sirkus! Disitu aku melihat ada yang ber-juggling ria dengan 6 jenis benda berbeda. Wah hebat sekali! Kami semua menepukkan tangan sambil memerhatikan dengan kagum. Hebatnya... . Kemudian seperti biasa kami menempelkan bintang padanya. Hari ini adalah hari penghitungan bintang dan hanya aku yang tidak memiliki bintang. Hanya titik. AKu harap punya keahlian khusus atau apa sajalah agar aku memiliki sticker bintang.

Aku mencoba segalanya untuk dilihat baik dimata yang lain. Tapi tidak ada yang berhasil, aku hanya dijadikan bahan olokan oleh yang lain. Semuanya menganggapku sebagai yang tak bisa melakukan apa-apa. Yah, memang begitu kenyataannya aku yang memiliki banyak sticker abu-abu mana mungkin pantas dibandingkan dengan yang lain.

Tapi aku menemui sesuatu yang mengejutkanku. Namanya Lucia, dia tidak memiliki sticker menempel pada tubuhnya. Jangankan titik, bintang saja tidak ada. Tidak ada satu pun sticker yang mampu menempel pada tubuhnya. Aku jadi bingung. Kenapa setiap sticker tidak ada yang mampu menempel padanya? Lalu, ia mengajakku ke atas bukit dimana sang tukang kayu bekerja. Menurut yang kudengar itu adalah ide yang gila! Tukang kayu adalah sosok yang begitu besar dan mengerikan, ia bisa saja meremukanku begitu kami bertemu. Tapi Lucia hanya tertawa.

Lucia berkata bahwa yang dilakukannya untuk menghilangkan semua sticker itu hanya dengan pergi ke bukit dimana si tukang kayu berada dan berbincang dengannya. Ide konyol. Bagaimana mungkin dia mau bertemu denganku? Jangankan dirinya yang lain saja ingin aku pergi jauh. Tapi aku tak punya pilihan, aku ingin tahu bagaimana dan sudah lelah aku dengan titik yang menempel padaku.

Aku memberanikan langkahku masuk ke rumah besar itu. Disana, tentu saja, ada alat pertukangan yang sangat besar. Baiklah ide menemui tukang kayu memang ide bodoh saatnya keluar tanpa diketahui. Aku melangkah mencari pintu keluar. Perlahan. Hingga akhirnya si tukang kayu memanggil namaku dengan lembut. Eh, bagaimana mungkin dia tahu namaku?

Dia berkata bahwa dialah yang menciptakanku dan semua yang ada ditempatku jadi aneh kan kalau dia tidak mengenali aku? Aku berbincang dengannya tentang hal yang kualami di desa, tentang sticker dan berbagai hal bodoh yang kulakukan hingga titik abu-abu yang kudapatkan di sekujur tubuhku. Lalu dia berkata padaku bahwa itu semua tidaklah penting, karena yang terpenting bukanlah yang lain pikirkan tentangku tapi apa yang dia rencanakan bagiku. Baginya aku ini istimewa, karena aku adalah miliknya.

Dia tidak merasa bahwa aku terlalu jelek, bahkan dia ingin kami mengobrol setiap harinya. Karena dengan begitu kami dapat saling mengenal dan setiap sticker yang diberikan padaku akan terlepas. Aku tahu itu semua butuh waktu yang lama karena itu aku akan memulainya sekarang. Sticker ini benar-benar menyebalkan bukan karena warna abu-abunya tapi karena ini begitu lengket dan membuatku merasa tidak nyaman. Jadi aku ingin segera melepaskannya, aku pulang kerumahku dan berjanji pada si tukang kayu untuk menemuinya lagi besok. Aku senang sekali karena ada yang menganggapku berharga.


Inspirasi dari

You Are Special


Max Lucado

Tidak ada komentar:

Posting Komentar