Jumat, 03 Oktober 2008

Sekarang tentang Cinta (2)

There is something i can’t understand
There is someone i couldn’t resist
There is sometime i can’t hold this feeling
There is somehow i can’t say i love you



Matahari pagi menerpa tubuh kurus Angga. Malas. Setelah kemarin memikirkan bagaimana ngerjain Cinta yang bahkan gak dia kenal akhirnya dia setuju ikutan lomba bikin puisi yang diadain sama anak mading. “Dengan begini kalo gw menang pasti gw bisa ketemu sama miss pujangga jelek itu.” Dengan segera dia naik ke bis yang sudah ngetem nungguin penumpang. “Puisi, kayaknya nggak gw banget deh... tunggu aja liatin puisi gw nanti.”

Setibanya di sekolah, kembali dia menemukan sesosok makhluk gempal yang berlari kearah dia sambil melambaikan tangan dan meneriakkan teriakan norak khasnya “yuhuuu~~” Ya dialah Adit, manusia bernama lengkap Agustinus Raditya ini, entah bagaimana, bisa menemukan Angga dalam radius 10 meter di dekatnya. Dengan segera Angga memalingkan wajahnya—gw nggak kenal—tapi baru beberapa detik dia memalingkan wajahnya, Adit langsung meneriakkan namanya dan menghantam Angga dengan bodi segede gaban miliknya.

”Eh paus berat tau!!!” Teriak Angga sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Adit.
”Kejam... padahalkan gw itu... nggak berat-berat banget” Sahut Adit sambil memasang tampang paling menjijikkan sedunia.
”Eh udah gede, niban badan orang, nggak nyadar lagi!!! Turun!!!” Bentak Angga yang udah nggak kuat menahan bodi gempalnya Adit.
”Yo wess gw turun....”
”Gimana puisi lo? Dah selese?” Lanjut Adit
”Gw aja nggak ngerti bikinnya gimana lo nanya udah apa blom, ya belom lah!!!” Sahut Angga sambil meregangkan badannya setelah ditimpah paus terdampar di sekolahnya.
”O iya gw lupa kemaren lo disuruh keluar ya sama Pak Heru, lo ngelamunin apa sih? Seru banget, mikir yang mesum ya...?” Tanya Adit penuh curiga.
”Gw mikirin gimana cara bunuh lo dengan baik dan benar puas? Lo berat banget sih?”
”Enak aja gw dah kurusan tau!”
”Turun berapa kilo? Mang sekarang berat lo berapa?”
”Turun 8 kilo dong.” Sahutnya bangga “Sekarang berat gw 80 kilo lho~”
”Gila nih orang turun 8 kilo aja masih 80 kilo kalo gw turun 8 kilo pasti mati ditimpah dia.” Pikir Angga.

Obrolan mereka terhenti karena sebuah bunyi yang nggak kalah norak dibandingin teriakkannya Adit, bel sekolah!!! Suara paling mengerikan yang pernah ada saat jam 07.00 pagi, bagi mereka yang dateng telat suara ini bagai lagu kematian. Karena kalau telat dihukum bersihin WC yang super bau atau nyapu halaman sekolah yang luasnya nggak kalah sama Titanic.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Langkah kecilnya membuat dia terlihat anggun, rambutnya yang panjang terikat oleh sepasang ikat rambut berbentuk malaikat kecil berwarna biru, dengan riang dia berjalan menyusurin lorong sekolah dan... Braakk! Dan Angga menabraknya.

”Aaauwww ati-ati dong!!!” Protes gadis itu.
”Eh sori lagi buru-buru....” Ucap Angga spontan.
”Kalo jalan tuh pake mata, gimana sih!!”
”Angga~~~” Teriak soulmate-nya dengan kenorakan yang khas dan nggak lupa lambaian tangan tak berarti dari dia.
”Aduh tuh makhluk ngapain lagi...”Pikir Angga dalam hati. “Iya deh sori, dahhhh.” Dan Angga pun berlalu.
”Wait for me!!!” Seru Adit lebih norak lagi.

”Hmmm... Angga yah....” Ucapnya tersenyum.


-------------------------------------------------------------------------------------------------

Istirahat siang....

Cinta berjalan bareng “genk” madingnya sambil membolak-balik kumpulan puisi, cari referensi, sambil mencoba memahami arti puisi yang ada. Gadis yang berambut sebahu ini entah kenapa selalu menggunakan gaya pony-tail saat di sekolah. Ketika asyik membaca kumpulan jurus sakti kumpulannya itu datanglah Karina Dwi Putri, bendahara klub tercintanya mading ini biasa dipanggil Rina atau Karin.
”Hi guys, tau nggak masa’ gw tadi ditabrak cowok trus dia Cuma bilang sori lagi!” Ucap Rina membuka topik.
”Ditabrak apa nabrak?” Ledek Nia.
”Ya ditabraklah... kan gw bilang di-ta-brak” Bantah Rina.
”Ya biasanya kan lo yang minta ditabrak supaya bisa kenal hehehe” Tambah Zie.
”Terus abis bilang sori dia bilang apa lagi?” Tanya Diah penasaran.
”Terus dia pergi....” Balas Rina.
”O nggak jadi kenalan deh....” Ledek Nia
”Apaan sih, gw kan korbannya kok gw yang dianiaya sih? Cin say something dong!!!”
”Dia lagi ke alam lain” Sahut Zie sambil cekikikan
”Alam lain? Cinta kan belom mati...” Polos Diah
”Capek deh......” Diah kembali dizolimi
”Btw namanya siapa?” Penasaran juga Nia ada yang mo nabrak makhluk kayak Rina.
”Iya siapa sih?” Ucap Zie
”Mana gw tau kan itu kecelakaan, tapi gw tau namanya Angga.”
”Katanya kecelakaan...” Ledek Diah
”Ya gw tau karena temennya manggil dia kayak gitu.”
”Berisik ah gw kan jadi nggak bisa baca puisinya!!!”
”Iya deh....” Ucap mereka serempak.
”Eh kalian jadi makan nggak?” Tanya Cinta. “Tinggal 5 menit lagi lho.” Tambahnya.
”Eh serius?!” Jawab Nia panik
”Gara-gara Rina nih...” Seru Zie
”Kok jadi gw yang salah?” Protes Rina
”Aku... nggak ngerti....” Sahut Diah
”Gw balik duluan” Cetus Cinta

-------------------------------------------------------------------------------------------------

”Eh mesum, jangan bengong mulu!!!” Ucap Adit menghamburkan lamunan Angga.
”Apa sih nggak boleh gw ngelamun? Lagian kalo gw mikir mesum kenapa? Nggak boleh? Itu tandanya gw normal sebagai cowok” Balas Angga.
”Oooo... Angga sudah dewasa rupanya... udah ngerti yang kayak gitu” Goda Adit
”Apaan Sih? Daripada lo, kalo melamun pasti yang dipikirin gimana cara ngenyangin perut!”
”Ya udahlah mikirin apa sih?”
”Gw mikirin miss pujangga sekolah, kira-kira dia bikin puisi kayak gimana yah?”
”Ciiiieeee... mikirin Cinta...” Segera Angga menjitak kepala bulet milik Adit sebelum dia melanjutkan kalimatnya.
”Yang gw pikirin ntu puisinya bukan Cintanya!”
Suara yang lebih norak terdengar lagi, Bel sekolah....

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Di jalan menuju kelas

“CIIINNNTAAAAAA!!!!!!” Tegur Diah yang sedari tadi mengekor dari belakang.

“Apa sih nggak usah teriak dong!” Omel Cinta.

“Abis lo jalannya cepet banget sih, gw kan jadi nggak bisa ngimbangin” Balas Diah.

“Gw buru-buru, mo bikin puisi”

“Puisi? Kan lo dah bikin, lagian kan sekarang jamnya Bahasa Inggris dan Bu Tatik kan lagi cuti hamil jadi nggak usah buru-buru dong!”

“Waktu adalah uang”

“Terserah deh. Eh abis ini kita kumpul yuk di sekret mading.”

“Ngapain? Bukannya buletin kita dah jadi?”

“Nggak tau tuh si Rina bilang kita musti kudu harus kumpul.”

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Di kelas


”Jam kosong... yeeeeee!!!” Girangnya Angga. “Gw bisa tidur, 3 jam pelajaran kosong OK.”
”Lo mo tidur Ga?” Tanya Adit.
”Ya iyalah masa ya iya dong!” Jawabnya sambil senyum.
”Nggak bikin puisi aja? Yang laen pada bikin lho.”
”Ooogah males nanti aja kalo Ilham, Wahyu sama Firman dah ketemuan di otak gw.” Sahut Angga sambil cari posisi buat tidur.
”Angga~~~” Adit menggoda supaya Angga tetep bangun.
”Apa sih, jauh-jauh hus hus sana pergi.”

”Ya udahlah, tapi gw mo kasih tau KM kita dah manggil Pak Heru lho.”

“........................................................Ya udah gw bangon....”

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Di sekret mading, After school

“Mo ngomongin apaan sih, Rin?” Tanya Nia.

“Ntar kalo semua dah ngumpul.” Jawab Rina santai.

“Tinggal satu orang lagi doang... kasih tau dong capek nih nungguin.” Jawab Diah

“Udahlah nggak usah dipaksain tunggu aja.” Balas Cinta yang sedari tadi menggoreskan pensil kecilnya di buku kumpulan puisi miliknya yang diberi nama “Dunia” sama anak-anak.

“Eh guys sori gw telat” Sebuah suara terdengar dari pintu masuk.

Dan seketika semua mata menuju kesana, kecuali Cinta yang masih sibuk sama “Dunia”-nya, sesosok cewek berjilbab lengkap dengan tas yang mengalung di pundaknya, dengan tampang cengengesan dan nggak lupa tangan yang disatuin tanda minta maaf.

“Tiada maaf bagimu!” Seru Nia yang BT sama telatnya Zie.

“Ya udahlah yang penting dah kumpul semua.” Diah coba menenangkan.

“Nah sekarang coz semuanya dah kumpul, gw mo request something sama kalian.” Ucap Rina tenang.

“Tuh kan...” Pikir semua anggota kelompok kecuali Diah. Lalu dengan tampang polosnya bertanya

“Request apaan?”

“Gw pengen kalian bantuin gw nyelidikin...” belum selesai Rina bicara, sudah dipotong dengan yakin oleh semua yang disana.”

“Angga.”

“Lho koq kalian tau?”

“Ya iyalah lo kira dah berapa lama kita kenal sama lo?” Jawab Zie.

“OK terus apa yang harus kita selidikin? Makanan favorit, Tempat tanggal lahir, Nama orang tua, nilai....”

“Semua.” Potong Rina cepat.

“Terus Angga mana yang harus kita selidikin?” Tanya Diah penasaran.

“Angga yang nabrak gw.”

“Itu sih gw tau, gw nggak lemot-lemot banget kali... maksud gw kelas berapa dan nama lengkapnya.” Protes Diah.

“OK, dia kelas XI IPA 1, nama panjangnya Adrian Rangga Kusuma, gw baru dapet segini data tentang dia, makanya gw mo kalian bantuin gw nyelidikin dia.” Ucap Rina dengan wajah serius sambil menunjukkan kliping dengan tulisan tebal Adrian Angga Kusuma menghiasi judulnya.

“Itu urusan gampang kayak nggak kenal kita aja.” Ucap Nia.

“Btw kenapa lo pengen tau tentang dia?” Lanjut Nia.

“Oh itu rahasia dong.” Kata Rina dengan tatapan nakal.

“It’s a big secret i can’t tell it to you...”

“Because a secret makes a woman woman, right?” Potong Cinta yang baru kembali dari “dunia”-nya.

“That’s right.” Lanjut Rina.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah “Rapat”

“Balik yuk dah sore nih.” Ucap Nia.

“Ya udah tapi jangan lupa sama rencana kita yah!” Ujar Rina.

Dan mereka pun pulang. Kecuali Cinta, dia masih menyibukkan diri dengan “Dunia” yang ditulisnya. Sekarang dia mulai merasa ada yang kurang saat dia menulis puisi. Aku. Suara hati tentang “aku”. Tidak lama kemudian dia berjalan keluar. Pulang. Tanpa sadar kakinya menuntunnya ke arah danau. “Danau kenangan” begitulah dia menyebutnya lalu, seperti biasa, dia mulai menutup matanya dan mulai “menikmati” alam. Menghirup udara. Mendengarkan kicauan burung dan segala suara. Lalu dia membuka matanya perlahan dan menatap lekat danau itu, cukup lama, cukup untuk menenggelamkan dirinya dalam lamunan. “Danau ini tidak berubah.” Pikirnya. “Cepatlah pulang, aku tidak sanggup lagi menunggu.” Ucapnya lirih.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

2 komentar:

  1. cerpenmu atau narasi film aadc?tapi gw salut lo bisa buat,krn gw gak bisa buat,he..he..he..he..he..he..he..

    BalasHapus
  2. sebenernya pengen bikin aadc versi baru tapi kayaknya bakal beda deh tunngu aja... ^_^

    BalasHapus