Kamis, 16 Oktober 2008

Sekarang, tentang Cinta (3)

setelah bingung dan melakukan editing di sana-sini inilah bagian 3-nya :

The butterfly dancing above the lake

Dance of loneliness in lake of memories

The moon start to crack the night

But the crimson butterfly still dancing alone

Minggu

Kicau burung dan banyak suara menderu pagi itu. Pagi yang cukup sayang kalau dilewatkan. Angga yang masih terkujur di tempat tidur tercintanya. Hari Minggu adalah hari tercinta bagi Angga. Hari tanpa sekolah dan tanpa gangguan dari paus terdampar bernama Adit, karena setiap hari Minggu dia pasti pergi ke sebuah tempat bernama Gereja, setidaknya sampai jam 12 nanti.

“Angga!!!” Teriak seorang wanita wanita berusia 40 tahunan.

“Iya?” Jawab Angga setengah tidur.

“Eh bangon emang udah jam berapa sekarang?” Tambah wanita itu.

“Mang sekarang jam berapa, Bu?” Ucap Angga masih setengah tidur.

“08.35” Jawabnya singkat.

“Oooo....” Balas Angga tenang lalu, “Haaaaaaaaahhhhhhhhh? Nggak mungkin!!!” Lanjut Angga.

“Makanya kalo tidur jangan malem-malem, ya udah Ibu turun dulu.” Ucap Ibunya sambil melangkah turun.

Aduh gw kan mo lari pagi, jem segini yang ada kejemur gw. Gerutu Angga dalam hati sambil bergegas mandi dan siap-siap. Secepat mungkin dia bersiap untuk melakukan aktivitas dengan matanya yang masih 5 watt. “OK gw nggak jadi lari paginya, hari ini gw mo jalan santai aja.” Setelah sarapan dia langsung melesat berjalan keluar.

“Target terlihat.” Ucap seorang cewek dengan pakaian sporty. “Kayaknya dia baru bangon.” Tambahnya.

“Berarti dia orangnya males.” Tambah cewek sebelahnya yang pake jilbab seperti biasanya.

“Tau darimana dia baru bangon?” Tanya salah seorang dari mereka. Bingung.

“Abis menurut data dia punya kebiasaan bangon, makan, mandi, dan langsung pergi keluar.” Balas cewek pertama.

“Oooo gw nggak liat datanya sih....”

Yup tiga cewek kurang kerjaan ini tak lain dan tak bukan adalah Zie, Nia, dan Diah. Mereka mulai acara “penyelidikan” ini sejak dua hari yang lalu dan hampir semua data tentang Angga ada ditangan mereka. Soal Angga yang empat kali nembak cewek dan ditolak semua, soal Angga yang punya soulmate seekor paus, buku favorit, film favorit, ukuran baju sampai hal-hal pribadi seperti pertama kali "mimpi". Tapi masih ada satu hal penting yang kurang. Kepribadian Angga. Dan sebuah cara paling ampuh adalah deketin orangnya atau analisis kepribadian yang udah jadi kebiasaan mereka. Mereka melakukan hal ini dengan sukarela, karena mereka juga ingin tahu kenapa sih Rina yang seorang “playgirl” bisa tertarik sama makhluk bernama Adrian Rangga Kusuma.

“Gimana? Target dah muncul?” Tanya Cinta yang muncul dari belakang dengan “dunia” di tangan kanannya.

“Bisa nggak sih lo lepas “dunia” lo itu?” Tanya Zie.

“Bisa. Kalo lo lepas kamera kecil yang lo taro di kantong celana lo.” Balas Cinta.

“Nggak akan gw lepas, gw nggak mau kehilangan perfect moment yang datengnya sekali-sekali.”

“Kalo gitu gw juga nggak akan lepas “dunia” gw.”

“Udahlah nggak penting juga diomongin.” Ucap Nia.

“Target dah keliatan, sekarang dia jalan ke arah Utara.” Jawab Zie.

“Oh ya udah gw mo ke Selatan.” Ucap Cinta.

“Lho? Kan rencananya lo sama Rina mo nyamperin dia...” Tanya Diah takut rencana berubah tanpa dia sadarin.

“Itu kan baru rencana buktinya tuh super-model nggak dateng.” Ucap Cinta. “Dah gw jalan duluan nanti kalo ada apa-apa bilang ke gw!” Tambahnya sambil berlalu.

Mereka bertiga saling tatap. Bener juga kata Cinta, kliennya aja nggak dateng apa yang mo kita analisis hari ini? Akhirnya mereka bubar dengan data lengkap mengenai Angga di tangan mereka. Dan mereka bakal menganalisanya besok hari Senin. Mereka punya kehidupan masing-masing.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Sepasang mata Cinta menatap lekat komik favoritnya, Detective Conan, edisi terbaru hasil “menjarah” dan “invasi” ke rumahnya Diah. Sambil berjalan dia coba membolak-balik komik tercintanya itu. Jarang sekali dia mengabaikan “dunia”. Dia hanya mengabaikannya kalau ada komik favoritnya, AADC dan hal-hal favorit lainnya. Cinta duduk di bangku taman di dekatnya kembali dia “menikmati” alam. Lalu dia mulai berpuisi. Sebuah puisi baru.



Salam rindu seorang aku

Dan tiap detik berlalu...

Tanpa atau dengan dirinya

Aku takkan berhenti... hidup

Lepas dari semua satu dan lainnya

Satu hal... belenggu dari kata

Dari suatu arti tentang hidup

Tentang angin dan harapan

Tentang air dan rindu

Tentang api dan cinta

Dalam sebuah nada sepi pilu hati


Sebut saja aku dalam sepi

Sebut saja satu rindu

Sebut saja cintai aku...

Aku menunggu

Yang tak terucapkan...

Dan yang tak terikat oleh takdir

Sampaikan salamku hai angin

Segarkan aku yang sepi hai air

Tenangkan aku dalam nada dan sebuah keabadian



“Akan ku tunggu biar 1000 tahun tapi pulanglah.” Ucap Cinta sambil menutup matanya.

Kemudian dia beranjak mengambil nafas panjang kemudian berjalan dengan senyum di wajahnya. Hari ini bunga matahari masih menatap dengan lekat sama seperti kemarin, semuanya nampak sama. Tapi rasanya ada yang berubah. Apakah itu aku?

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi menjelang siang, Minggu

Angga masih berjalan santai di taman. Masih pusing dengan acara balas dendamnya yang nampaknya tidak akan terwujud. Dan makin dipusingkan dengan bagaimana membuat puisi yang baik dan benar karena yang diingat saat Pak Heru “berceramah” tentang puisi di kelas hanya dua hal yaitu teriakan yang memekakan telinga dan masa tidur yang tidak bisa kembali. Tiba-tiba langkah kakinya terhenti. “Violin?” katanya dalam hati sambil mencari sumber suara, yang sepertinya dari sebuah biola, lalu dia bertemu dengan gadis itu lagi. Rina. Matanya menatap kagum, karena dia memang kagum dengan orang yang bisa memainkan biola, piano atau menarikan balet.

“Angga?” Tanya gadis itu.

“??? Kok dia tau nama gw?” tanya Angga dalam hati, “Iya ini gw yang tempo hari nabrak lo.”

“Lagi ngapain?”

“Lagi jalan santai doang, kok lo bisa tau nama gw?”

“Kan kemaren temen lo neriakin nama lo, jadi gw tau.”

“O iya.” Seketika terlintas bayangan Adit yang berlari sambil melambaikan tangan khasnya. Norak.

“Sori ya kemaren gw dah nabrak lo terus cabut gitu aja, nggak apa-apa kan?”

“Nggak apa-apa kok, Cuma sakit pas ditabrak doang,”

“Bisa maen biola?” tanya Angga basa-basi.

“Dikit, Cuma bisa lagu Doraemon, basic banget yah?” jawabnya sambil tersenyum.

"Manisnya...." Pikir Angga dalam hati.

“Kenalin” ucap Angga sambil menyodorkan tangan.

“Karina Dwi Putri” Jawab Rina menyambut tangan Angga.

“Adrian Rangga Kusuma.” Ucapnya sambil senyum, “Dah bikin puisi belom?” tanya Angga basa-basi lagi.

“Puisi? Buat?”

“Lho? Gw pikir seluruh anak disekolah tau kalo anak mading bikin lomba puisi dengan ”memalak” Rp10.000 dari tiap anak.”

“Kalo itu sih gw tau tapi kan nggak wajib ikut.”

“Kalo gw bakalan ikut meski gw nggak ngerti cara bikin puisi gimana.”

“Kenapa?”

“Karena gw pengen buktiin ke miss pujangga kalo tiap orang bisa bikin puisi dan karena dia udah ngerusak hari gw dengan “palakan” 10.000 per anak.”

“Hmmpphh... hahahahaha”

“Kenapa sih? Ada yang salah?”

“Nggak kok, Cuma alesan lo tuh anak kecil banget. Soalnya kata temen gw puisi itu aliran dari jiwa, perasaan dan pikiran. Orang bisa bikin puisi dengan tema yang sama tapi isinya beda karena mereka punya hati, jiwa dan pikiran yang beda juga. Puisi itu kayak cinta nggak bisa dipaksain”

“Jadi?” Sekarang Angga yang kebingungan.

“Jadi setiap orang emang bisa bikin puisi tapi untuk mengerti? Itu beda cerita.”

“Maksudnya?” Angga makin bingung.

“Pikirin sendiri ah males gw neranginnya.” Ucap Rina dengan senyum penuh arti. “Udah ah gw mo latihan biola lagi.”

“O ya udah, gw juga udah mo balik, lo disini tiap Minggu?”

“Yup” Jawab Rina singkat sambil mulai menggesekan senar biolanya.

“Kalo gitu boleh dong tiap Minggu gw kesini liat lo latihan?”

“Boleh tapi ada syaratnya nggak boleh ada yang marah.”

“Siapa? Pacar? Punya aja nggak siapa yang mo nyemburuin?” Kata Angga mulai beranjak.

“O ya udah.”

“Eh lo kelas berapa?” Ucapnya sambil menghentikan langkah.

“It’s a secret, a secret makes a woman woman.” Ucapnya sambil menyimpulkan senyum.

"I got him."

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Malamnya....

“Cinta... Cin... Love? Bangun dong... dah siang tuh.” suara orang yang dekat dengannya.

“Masih ngantuk ntar aja.”

“Eh perawan nggak boleh bangun telat ntar kalo aku jadi suami kamu, aku makan apaan?”

“Biar kamu masak sendiri!!!”

“Eh enak aja jadi nanti kalo kita married aku yang masak ?!?!”

“Iya kamu, kan emansipasi wanita.”

“Enak aja, sekalian aja aku yang hamil sama ngelahirin.”

"Boleh." Jawab Cinta sambil membuka selimut yang melingkari tubuhnya.

"Buru anak-anak dah mo berangkat tuh....”

“Terus kamu ngapain di sini? Ini kan kamar cewek!”

“Bangonin Putri Tidur, udah dapet izin koq dari temen-temen kamu.”

What? Temen macem apa yang ngebiarin temennya satu kamar bareng cowok? Mereka dah ngerusak imej gw!!! Belum selesai lamunan Cinta lalu... cup! Sebuah ciuman mendarat di pipinya.

“Apaan sih?” protes Cinta yang langsung bangkit dari “teritorial”-nya.

“Ternyata masih ampuh ya? Abis kamu nggak mo bangun sih, sekarang siap-siap kita mo ngelanjutin perjalanan.”

“KEEEELLLLLUUUUUUUAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Seketika Cinta terbangun, mimpi? Kenapa mimpi tentang dia? Lalu kenapa ada air di pipiku? Air mata. Pikir Cinta yang kemudian berubah sedih.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dua jam sudah Zie membolak-balik data tentang Angga tetapi ada satu hal yang masih nggak dia mengerti. Alasan Rina tertarik sama Angga. Tampang nggak ganteng, sifatnya nggak banget, pinter nggak, jago olahraga apalagi. “Apa sih menariknya Angga?” pikir Zie. Dia nggak ngerti apa maunya Rina. Hmmm.... waktunya mengumpulkan anak-anak. Seketika handphone tercintanya berbunyi. “Rina telepon?” adalah sebuah tindakan langka seorang Rina mau menelepon teman-temannya—biasanya sms karena lebih murah—bahkan lebih jarang daripada melintasnya komet Halley di Bumi. Ada Apaan?

“Kenapa Rin?” Tanya Zie

“Gw mo minta potonya Angga yang lo kumpulin, besok kasih ke gw yah!”

“Lho? Biasanya kan dipilih dulu mana yang terbaik.”

“Itu dulu, gw ngerasa ada something yang harus gw clear sendiri.”

“Ya udah tapi besok sekalian kumpul ada yang mo gw tanyain.”

“OK, soal pribadinya Angga?”

“Bukan cuma itu, pokoknya sampe besok aja. O ya sms-in temen-temen sekalian soalnya gw abis pulsa.”

“I got him” ucap Rina sambil menutup telepon.

“Apaan sih? Udah dapet Angga? Terus jadian atau cuma ngerebut hati?” tanya Zie sambil menatap handphone-nya. Lalu dia mengambil selimut yang ada di kakinya dan menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang besarnya. Bodo ah, besok juga jelas.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Nia juga nggak kalah sibuk, sama seperti Zie dia sedang membolak-balik data Angga yang ada ditangannya. Dan seperti Zie, dia juga bingung. Lebih mudah baginya untuk menjebol data sekolah untuk mencari alamat cowok yang dia suka atau mencari tahu siapa saja yang kena remedial pas ulangan, daripada harus menerawang apa yang dipikirkan Rina saat ini. Dengan bingungnya dia kembali membuka internet menjebol fs, yahoo messenger, dan yahoo mail milik Angga sambil mendengarkan musik yang baru di-download-nya dari sebuah situs andalannya. Dan sebuah sms dari Rina mengganggunya yang sedang asyik “berselancar” ria. Sms. Khasnya Rina, lengkap dengan lambang senyum jijay yang biasa ditampilkan saat sms. Dan Nia mulai membuka sms itu. Kumpul abis skul d’sekret mading, mo bahas ttg Angga n everything bout him JJ. Nggak penting. Ngerusak acara “surfing” gw aja sih? Dengan segera Nia kembali ke depan monitor tercintanya. Mencari data tentang film dan musik terbaru. Siapa tahu aja ada yang enak....

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Malam ini Angga menatap bulan. Cari inspirasi. Nggak bisa tidur karena mikirin kejadian unbelivable tadi pagi. Meski pengumpulan puisinya masih lama tapi nggak seorang pun yakin bisa ngalahin Miss Pujangga dalam hal berpuisi. Termasuk makhluk satu ini yang bahkan alergi dengan yang namanya puisi dan hal-hal berbau sastra. “Mengerti puisi? Bukannya puisi itu nggak ada yang bisa dimengerti yah?” Pikir Angga yang kebingungan karena ucapan Rina tadi pagi. Lalu, senyum-senyum sendirian. Senang namanya diingat oleh anak semanis Rina. “Kapan ya ketemu lagi?” Pikir Angga sambil mesem layaknya orang mabok terasi. Tiba-tiba dia teringat Adit. Ya , makhluk yang selalu muncul setiap hari di hidupnya, termasuk hari Libur dan hari Minggu, hari ini tidak menampakkan bodi pausnya atau pun menelepon. Biasanya setelah jam 12 teng, dia muncul dengan kata “slogan” favoritnya dan sebuah lambaian di udara khasnya. “Kenapa? Apa dia fokus bikin puisi? Makhluk kayak dia? Ah bodo amat yang penting hari ini gw seneng.” Pikir Angga merasa ada yang salah. Dingin. Lama-kelamaan Angga merasa juga kalau baju yang dipakainya itu cukup untuk membekukannya jika dia tetap di luar rumah.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dear Love,

Lagi ngapain? Mikirin aku ya? Gimana kabarnya "Dunia"? Aku sepi nih nggak tau mau ngapain, tunggu aja aku bakal pulang koq sebentar lagi. Salju bakal turun pas bulan depan, aku bakal bawa potonya kalo aku pulang nanti. Nggak jago nih bikin surat meski udah lama kita e-mail begini. ^_^



Love will see and come

My love will take you

Don't sad don't cry

If you see a star

It was the same star as I look here



Satu nada putih lekang dan sempurna. Eh gimana kabar El-Mot-Icon? Tambah lemot kah dia? Nanti kalo ku pulang, aku bakal minta poto kita ke Zie, biar ku edit teruz ku jadiin primary di fs, skalian buat Pre-wedding. O iya kamu kan masih kelas dua yah? nanti deh 5 tahun lagi hehehehe. Terus si super-model kita udah ngerjain berapa cowok selagi aku nggak ada? Miss you. Tunggu aja nggak lama lagi aku pulang.

Your Beloved One

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar