Jumat, 03 Oktober 2008

Sekarang tentang cinta

One day a strong bond of invisible string
Stronger than chain even death
Now on the bond started to linked again
Noone realize it cause it's special

Adrian Rangga Kusuma berjalan cuek menyusuri lorong kelas sambil bersenandung ria. Sejenak pikirannya berhenti dan tertuju pada papan pengumuman yang dikelilingi begitu banyak siswa.
"Ada apaan sih?" Pikirnya sambil bertanya-tanya
"Ah... entar aja deh liatnya males desek-desekan."
Cowok yang biasa dipanggil Angga ini langsung berlalu melewati kerumunan itu.
Kembali dia menyusuri lorong, sambil senyam senyum karena hari ini cuma ada pengumuman gak penting dari kepala sekolah dan langsung bisa pulang.
"Eh, Ga dah liat pengumuman yang baru blom?" tanya Adit yang nota bene "soulmate"-nya Rangga karena selalu mengekor kemana pun Rangga pergi.
"Belom" jawabnya singkat "Males banyak banget yang ngumpul, mang pengumuman apaan sih? Koq kayaknya penting banget?"
"Jadi blom liat?"
"Ya blom lah klo udah ngapain gw tanyain ke lo."
"Jadi anak Mading mo bikin lomba puisi yang ke sekian kalinya."
"Terus? Bagian pentingnya dimana?"
"Katanya bakal ada hadiah dari mereka lho...."
"Hadiah? Dari mereka oleh mereka untuk mereka? Lo tau kan pemenang lomba puisi sekolah kita itu siapa?"
"mana gw tau lombanya aja blom dimulai!"
"Ya siapa lagi klo bukan pentolan mading yang bernama Gita Cinta Larasati dengan sejuta ide buat bikin puisi!"
"Ya gw tau anggota mading pasti ikutan, tapi hadiahnya lumayan lho."
"Apaan hadiahnya? Sehari bareng anak mading?" Seru Rangga coba ngejayus
"Ya bukanlah, hadiahnya bisa beli buku apa aja yang disuka termasuk buku mahal elite dan buku ****!!!" Adit coba menggugah Rangga
"Lagian dapet duit darimana mereka?"
"Nah itu dia berita penting laennya yang ada di mading, tiap anak harus kasih dana 10.000 rupiah buat nih lomba!!!"
"HHHAAAAAAAAAAAHHHHH???? Serius? masa' sih?" Rasanya mata Rangga mau lompat keluar denger berita macem ntu.
"Enak aja trus sisanya dikemanain?"
"Buat kas katanya jadi sekolah setuju aja tuh...."
"Gw mo liat pengumumannya."
"Eh tunggu gw Ga! Angga yuhuu~~~"
"Enak aja itu namanya pemorotan, lagian pemenangnya juga paling si Cinta yang tiap taon nyabet gelar pujangga of the year". Pikir Rangga yang kesel . Dan sekarang manusia bertinggi rata-rata ini harus rela bergerumul di antara lautan manusia disana. "Awas aja nih anak mading klo cerita si Adit bener". Dan abis liat fakta di depan matanya, tambah Bt-lah dia "Ok mereka dah ngerusak Best day of my year dengan suksesnya."


"Jadi gimana Ga, lo mo ngapain sekarang?"
"Gak tau!!!" Sahut Rangga dengan muka jelek, BT, dan kusut
"Gimana klo ikut ajang lomba mereka?"
"Maksudnya?" Tanya Rangga penasaran.
"Jadi gini kita kan wajib bayar iuran lomba ntu skalian aja kita ikut, kan saingannya cuma pujangga of the year, jadi gw mo usul ke anak-anak supaya ikut jadi anak mading punya little chance buat menang."
"Terserah...."

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Di sekret mading

"Eh Ta, lo dah bikin puisi buat lomba puisi yang kita adain kan?" Tanya Fauziah Nur Fitriani ato lebih dikenal sebagai Zie sekertarisnya mading.
"Iya kan enggak banget kalo kita anak mading yang bikin acara malah gak ikutan atau malah kalah." Ucap Bunga Kania, bukan nama samaran, yang biasa dipanggil Nia sambil menggerakan kedua jari saat bilang "kita".
"Iya nyantai aja lagi gw dah bikin kok." Jawab Gita Cinta Larasati yang biasa dipanggil Cinta.
"Nih puisinya gw bacain ya!" Sambungnya sambil mengambil buku kumpulan puisi yang dia buat sendiri. Di dalem buku itu banyak puisi pujangga yang jumlahnya ditandingi sama puisi yang dibikin sesepuh mading, termasuk Cinta tentunya.


60 menit

60 menit lagi aku akan tiba
hanya 60 menit aku akan tiba
dengan merah hati kita
membawa cinta yang tak sirna

45 menit lagi aku akan tiba
tunggulah aku disana
dengan haru biru
membawa sejuta rindu sendu

30 menit lagi aku akan tiba
sudah setengah jalan
dengan janji sehijau emerald
untuk selamanya....

15 menit lagi aku sampai
bersabarlah sedikit
dengan kuning keceriaan
dan asamnya lemon

tidak ada menit lagi
maaf aku tak sampai
kutitipkan surat hitamku ini
dengan kata terakhir... maaf


"Hhmmm... boleh juga tapi yakin mo ngasih yang ini?" Tanya Nia
"Eh lagi ngapain?" Mendadak ada gangguan dari makhluk terlemot di mading yang bernama Diah Anita atau lebih terkenal dengan julukan El-mote atau El-Mot-Icon.
"Ini kita lagi bahas puisi yang bakal ditampilin pas lomba nanti." sahut Cinta yang rada keganggu sama kemunculan makhluk ini.
"Oh... terus jadinya gimana?"
"Tadi lagi dibahas sampe lo dateng!!" Sahut mereka sambil nyorakin Diah
"Kita gak usah bikin kan?" tanya Zie. "Soalnya gw ga bisa bikin puisi."
"Terseah kalian lah." Seru cinta sambil tersenyum menatap puisinya. Aku pasti menang.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Di kelas kosong

Setumpuk buku kumpulan puisi, buku cara pembuatan puisi dan ga lupa guru bahasa Indonesia yang diseret anak sekelas buat ngajarin mereka berpuisi. Dendam. Karena disuruh bayar Rp10.000. Semestinya mereka udah pulang dari tadi tapi atas nama dendam mereka "menyekap" guru bahasa Indonesia yang biasanya gak didengerin, dengan alasan kita sudah biasa pake bahasa Indonesia. Tapi gak buat Adrian Rangga Kusuma, meski dia kesel sama anak mading yang dengan egoisnya "memalak" murid 1 SMA, dia juga ga ngedengerin kiat-kiat guru bahasa Indonesia yang sering di panggil Pak Heru lagi "Berceramah" di depan dia. Pikirannya tertuju pada miss pujangga dan bagaimana cara menyiksa cewe itu. Pasti dia yang ngusulin. Lamunannya sirna saat Adit menyenggol sikunya.
"Apaan sih?"
"Dipanggil tuh sama Pak Heru"
"Iya Pak?"
"Saya bilang baca buku halaman 29."
"Buku? Yang mana Pak?" Seketika dia menyadari kalo di mejanya ada belasan buku yang menanti disentuh dari tadi.
"KEEELUUUAAAARR!!!!!!!!" Teriak guru itu memekakan telinga.
Yes pulang cepet!!!

-------------------------------------------------------------------------------------------------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar