Senin, 11 Mei 2009

Sebuah surat untuk Ayah disuatu tempat dan suatu waktu....

Ayah, ingin rasanya aku pulang dan menatapnmu secara utuh. Ayah, ingin aku melihatmu walau dari kejauhan. Ayah, andai saja engkau melihatku sekarang, engkau pasti akan merasa marah dan jijik terhadap diriku. Ayah, semoga engkau selalu sehat.

Ayah, kemarin aku bermimpi indah sekali, dimimpi itu ada Ayah, Ibu, Kakak dan aku kita semua pergi berekreasi dengan canda sepanjang waktu. Ayah, ingat tidak saat aku belajar bersepeda? Ayah selalu menyemangatiku waktu aku jatuh dan tidak pernah meninggalkanku. Rasanya senang sekali.

Ayah, maaf karena aku tak mampu membuatmu bangga. Karema aku telah melanggar janjiku padamu. Ayah maaf telah membuatmu kecewa, aku tak mampu menjaga diri. Ayah, maaf membuatmu menangis, mulai saat ini aku tak akan membuatmu menangis lagi karena segera aku akan mengemas semua barangku dan kenangan tentang diriku. Maaf ya Ayah.

Ayah, aku tak pantas menerima semua pemberianmu lagi. Aku telah jatuh dan terpuruk sangat dalam, aku ini terlalu hina untuk datan padamu dan tidaklah sepadan jika dibandingkan denganmu atau Kakak. Untuk mengetuk pintu rumah pun aku tak berani.



"Tidak apa, Ayah menerimamu apa adanya. Ayah akan selalu menunggumu untuk makan semeja lagi bersama Ibu dan Kakak. Disini, kamu tak perlu menjadi orang lain tak perlulah kamu pergi lagi. Ayah tak mau dirimu berjalan tak tentu arah, biar Ayah membantumu karena Ayah ada disini."

Ayah, terima kasih karena engkau tidak pernah meninggalkanku yang hina ini. Ayah, terima kasih telah menungguku dan memaafkan aku. Ayah, terima kasih karena engkau tidak menolak diriku ini. Terima kasih Ayah karena Ayah selalu ada disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar